Mohon tunggu...
Brigitte Christine
Brigitte Christine Mohon Tunggu... Administrasi - Solo Traveler mengenal dunia luar.

Don't worry to be a Dreamer.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Paris Tak Seindah Impian

29 Juli 2016   11:25 Diperbarui: 29 Juli 2016   11:54 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Paris yang ada dibenakku, ternyata jauh berbeda dengan kenyataan yang kuhadapi, kemacetan sudah menghadang begitu bis yang membawaku dari Cologne memasuki kota Paris di pagi hari dengan diiringi rintik hujan di sepanjang jalan sejak semalam. Namun yang masih kukagumi sang supir tetap pada jalur tak saling berebut masih tertib di jalurnya. Lebih kaget lagi ketika sampai di stasiun metro yang ternyata hanya biasa saja dan ketika kereta datang juga mengejutkan kereta nya nampak lebih kecil dari komuter yang ada di Jakarta... Kebetulan ada teman dari Jakarta yang sedang berada di Paris, dia datang dari Amsterdam dan sama-sama naik bis jadi kita membuat janji untuk saling menunggu di terminal. Karena hostel kami berbeda tiga stasiun, kesepakatan dibuat siang ini, setelah saya check in akan menjemput teman di pintu keluar stasiun metro Barbes Rouchechouart. 

Ternyata stasiun metro Barbes Rouchechouart terlihat kumuh banyak sekali orang imigran di sepanjang jalur di dekat pintu keluar stasiun, bukannya saya rasial tetapi saya jadi bertambah waspada karena mereka juga mengeluarkan suara yang kudengar "marlboro" diulang-ulang entah apa maksudnya. Apalagi sebelum pergi saya sudah membaca pengalaman orang lain yang mengatakan bahwa di Paris banyak copet baik di dalam metro maupun di pusat keramaian wisatawan. Dengan melihat keadaan seperti ini, saya bersyukur tidak mengikuti ajakan temanku untuk menginap di hostel yang dia pilih. Asap rokok menyeruak diantara kerumunan orang-orang tersebut, kemudian kami menyusuri jalan-jalan di kota Paris yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan kuno yang masih nampak terawat dengan baik menuju ke Sacre Coeur sebuah Cathedral yang berada di puncak bukit, sehingga bisa melihat pemandangan kota Paris. 

Untuk mencapai cathedral ini, harus menapaki beberapa anak tangga yang lumayan tinggi dan jalanan pun menanjak, disini kewaspadaan harus lebih ditingkatkan karena ada saja orang yang berupaya menjebak dengan meminta tanda tangan seperti isian quesioner nanti ujung-ujungnya kita dipaksa memberikan sejumlah uang, maupun ada yang memasangkan gelang persahabatan dan berakhir dengan pemerasan. Dan hal-hal tersebut juga sempat mendatangiku hanya saja karena saya bersama teman jadi ketakutanku lumayan hilang.  Di dalam cathedral Sacre Coeur yang terlihat megah dan indah, tak sia-sia menapaki beberapa anak tangga yang cukup menguras tenaga.

Latar belakang pemandangan kota Paris dari Sacre Coeur.
Latar belakang pemandangan kota Paris dari Sacre Coeur.
Menara Eiffel yang dijadikan simbol kota Paris memang sesuai dengan bayanganku, berdiri kokoh dan terlihat lebih cantik di malam hari dengan permainan cahaya lampu, rasanya berat untuk melangkah meninggalkan menara Eiffel, tetapi karena ketinggiannya meski kaki sudah menjauh tetap saja kita masih bisa mendapatkan latar belakang "Menara Eiffel " dari kejauhan. 

Menara Eiffel lambang kota Paris
Menara Eiffel lambang kota Paris
Pengalaman yang lucu ketika mendatangi menara Eiffel di malam hari, karena matahari di Eropa masih memancarkan sinar hingga malam hari, maka untuk mendapatkan kecantikan Eiffel harus datang sedikit malam, kami datang sekitar pukul sepuluh malam dan sepakat hanya untuk mengambil gambar kemudain langsung pulang ke hostel masing-masing, karena metro terakhir sekitar pukul sebelas malam, kami tak ingin membuang uang lebih untuk transportasi lain, karena hari ini telah membeli one day pass seharga 7 EUR yang bisa digunakan untuk metro maupun bis dalam satu hari. 

Jadi ketika sampai di stasiun Bir Hakeim, kami segera bergegas turun dengan berjalan cepat menuju ke "Tour Eiffel" lumayan jauh juga mana ada lomba sepatu roda di sepanjang jalan tersebut, kami saling mengingatkan untuk tidak membuang waktu, setelah sampai di bawah menara Eiffel kami segera mengeluarkan HP untuk mengabadikan kecantikan menara Eiffel di malam hari dan mengagumi kecantikannya, kemudian bergegas kembali ke stasiun metro karena berkejaran dengan batas waktu terakhir dan di dalam stasiun banyak sekali orang yang akan menggunakan metro terakhir, meski hari sudah cukup larut ternyata ada pengamen di dalam metro, mereka membawakan lagu dengan gitar dan sound sistem yang lumayan enak di dengar ... wah di Jakarta sudah tak ada pengamen di dalam kereta , ini Paris loh kota dunia yang sangat terkenal malah masih berkeliaran pengamen.

Menara Eiffel di malam hari.
Menara Eiffel di malam hari.
Pengamen beraksi di dalam metro Paris.
Pengamen beraksi di dalam metro Paris.
Di dalam stasiun metro
Di dalam stasiun metro
inilah stasiun metro
inilah stasiun metro
Luapan kegembiraan dengan latar
Luapan kegembiraan dengan latar
Paris yang ada di film hanya memperlihatkan keindahan "Menara Eiffel" dan bisa menyedot jutaan orang untuk datang berkunjung, kenapa Indonesia yang punya "Tugu Monas" tak bisa mengikuti jejak ??? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun