Mohon tunggu...
Gramedia Official
Gramedia Official Mohon Tunggu... Lainnya - Tempat kamu mencari buku 📚

📖 Halaman untuk pecinta buku. Dari trivia, review, hingga rekomendasi buku dari #SahabatTanpaBatas-mu. 🤗

Selanjutnya

Tutup

Financial

Bisakah Kita Menjadi Bahagia Tanpa Uang?

6 Agustus 2021   09:56 Diperbarui: 6 Agustus 2021   11:02 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Dok. Gramedia.com

Apa yang ada di pikiran kamu saat mendengar kalimat 'Happiness Without Money'?

Ah, serius? Masa bisa, sih? Kok tiap kali tanggal tua dan enggak punya uang, hidup Admin malah jadi terasa hampa ya? 😂

Yes, mendatangkan kebahagiaan dalam hidup memang tidak semudah itu, Ferguso. Bahagia tanpa uang memang bukan berarti tidak punya uang dalam arti harfiah, namun bagaimana kita mesti hidup irit agar bisa bahagia.

Seringkali kita mengartikan 'irit' dengan mengeluarkan uang sesedikit mungkin dan realisasinya adalah membeli barang-barang yang murah. Padahal barang-barang murah yang kita beli itu hanyalah demi memenuhi keinginan kita yang bagaikan bintang di langit.

Saat sedang PPKM begini, meski sedang tak bisa jalan-jalan ke mal, bukan berarti godaan keinginan berkurang. Betul, kan? Saat sedang scrolling Instagram, lantas muncul iklan jaket musim dingin dari merk ternama yang didiskon besar-besaran. Kita seketika membelinya (padahal masih pandemi begini belum tahu juga kapan bisa jalan-jalan liburan musim dingin).

Ada gaun cantik didiskon karena akan ganti musim, jari kita langsung bergerak memasukkan dalam keranjang dan membayarnya (memang kapan mau resepsi, Jeng?). Saat rutinitas pagi di kamar mandi sambil iseng buka marketplace, eh ada earphone cuma 10 ribu dan jempol pun otomatis mengambil alih segalanya. Akhirnya, begitu banyak barang menumpuk di rumah kita.

Bahagiakah kita dengan banyaknya barang yang kita miliki? Berapa lama perasaan bahagia kita bertahan setelah membeli suatu barang? Jangan-jangan malah kita suka tiba-tiba teringat, "Eh sepatu stiletto merah itu ada di mana, ya? Kan belum pernah dipakai". Atau, "Wah, kayaknya punya sleeping bag yang sudah 5 tahun sejak dibeli tapi rencana camping hanyalah sebatas wacana. Jangan-jangan sudah berjamur." Hidup pun menjadi tidak tenang.

Koike Ryunosuke, pengarang buku Happiness Without Money ini membagikan pengalamannya tentang bagaimana ia menggunakan uang dalam hidupnya. Kita pun bisa mencobanya, karena di buku ini juga ada teknik membuang barang. Yap, jangan sayang membuang barang, karena sebenarnya membeli barang yang 'sia-sia' itu lebih sayang daripada membuang uang. Cobalah membuang benda mulai dari benda yang paling mudah, dan perhatikan bagaimana perasaan kita setelah membuangnya.

Koike menyarankan kita menggunakan uang untuk membeli barang yang berkualitas saat kita membutuhkan suatu barang. Namun perlu diingat, membutuhkan tidak sama dengan menginginkan, ya. Kita harus bisa membedakan mana yang keinginan, mana yang kebutuhan. Jangan sampai bukannya kita mengurangi barang yang kita inginkan, namun malah menjadi pelit terhadap barang yang dibutuhkan. Irit bukan berarti pelit.

Nah, bagaimana cara selengkapnya agar meski memiliki uang namun hidup kita tidak didikte oleh uang? Bagaimana cara menggunakan uang agar lebih membawa kebahagiaan dalam hidup kita? Yuk, baca sendiri Happiness Without Money mumpung kita sedang punya banyak waktu lebih karena lebih sering di rumah saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun