Merebaknya virus Corona yang menyebar ke hampir seluruh dunia tidak hanya mempengaruhi kondisi kesehatan masayarakat, namun juga mempengaruhi seluruh lapisan sistem di dunia termasuk perekonomian. Data yang diambil dari statistic worldmeter menunjukkan sudah ada lebih dari 951.906 kasus posiitif Corona dari hamper seluruh negara, dengan angka kematian mencapai lebih dari 48.320, dan tingkat kepulihan mencapai lebih dari 202.886 per 2 April 2020.
Dengan banyaknya korban berjatuhan karena disebabkan oleh virus ini, menyebabkan banyak sistem di masyrakat menjadi lumpuh. Berbagai negara menerapkan karantina wilayah dan larangan berpergian selama beberapa waktu termasuk Indonesia, Amerika, Italia, dan banyak lagi negara terjangkit yang memberlakukan kebijakan ini.
Sejumlah kantor besar, pabrik, perusahaan ritel, dan berbagai usaha kecil menengah terpaksa menghentikan sementara operasional mereka. Memang sebagian ada yang masih beroperasi namun sebagian besar menerapkan peraturan "work from home" yang berarti karyawan tetap mengerjakan pekerjaan mereka dari rumah, namun tentunya tidak semua pekerjaan sefleksibel itu, ada banyak jenis pekerjaan yang terpaksa harus berhenti total karena pekerjaan mereka adalah di lapangan dan tidak bisa dikerjakan dari rumah. Hal ini tentu besar pengaruhnya terhadap supply chain atau rantai pasokan berbagai perusahaan besar multinasional, mulai dari produsen mobil hingga ponsel.
Pada Februari lalu Bank Sentral China dikabarkan telah memangkas suku bunga pinjaman jangka menengah dan mengeluarkan beberapa stimulus demi mengurangi dampak dari wabah virus Corona. Pemerintah China juga diberitakan akan memangkas pajak tertarget untuk perusahaan yang terkena dampak dari mewabahnya virus Corona, namun meski begitu perlambatan pertumbuhan ekonomi tak terhindarkan.
Laporan Reuters pada Februari lalu menunjukkan bahwa Moody's merevisi turunnya forecast pertumbuhan GDP di China pada 2020 menjadi 5.2% saja, padahal untuk dapat melimpatgandakan GDP tahun ini China perlu meraih setidaknya 5.7% pertumbuhan.
Karena besarnya pengaruh China terhadap perekonomian global, maka beberapa sector ini juga akan ikut mendapatkan dampaknya:
1. Supply chain untuk produksi otomotif dan elektronika, khususnya terhadap negara Jepang dan Eropa.
2. Pasar komoditi khususnya untuk minyak mentah dan bijih besi.
3. Penerbangan global khususnya dari negara-negara yang paling terkena dampak virus Corona
4. Investasi bisnis, khususnya untuk negera-negara berkembang di Asia Tenggara seperti Indonesia. Selama belum ada berita spesifik tentang keseriusan pemerintah dalam menanggulangi wabah ini maka investor kemungkinan juga bakal terus menurun dan menunda penanaman modal. Padahal untuk negara bekermbang seperti Indonesia, investor asing adalah kontribusi yang bisa dibilang cukup vital dalam pertumbuhan ekonomi.
5. Pariwisata, khususnya negar-negara di Asia yang meraup keuntungan besar dari turis asal mancanegara yang saat ini terkena dampak lebih parah, dan hal tersebut akan menyebabkan perlambatan ekonomi yang signifikan.