Mohon tunggu...
Grace Miranda Siregar
Grace Miranda Siregar Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang berusaha mencapai gelar sarjana sosial

Aku Ada untukmu tersenyum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepanjang Malam

8 Juli 2020   18:51 Diperbarui: 9 Juli 2020   11:48 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Iya mak bentar, aku gelisah tidak bisa tidur. Bina sedang menunggu matahari segera terbit dari ufuk timur..." Sambil aku membaca berbagai artikel yg tertera dilayar ponselku.

"Jangan khawatir nak, Tuhan bakal kasih yang terbaik buat umatnya. Asal Ia sungguh berusaha sambil berserah kepadanya.Ya sudah tidur lagi gih, nanti mama marah nih". 

Mama berjalan kembali ke kamarnya sambil menguap. Perlahan meninggalkan aku sendiri di kamarku. Kebetulan kamarku berada dipojok tepat disebelah kamar Mama dan Bapak. 

"Iya deh mak, Bina bakal kembali tidur lagi...!" Ujarku menggerutu. 

Seorang Ibu selalu memperhatikan anak-anaknya. Tak sedetikpun pikirannya lepas dari anaknya. Begitupun dengan emak. Aku dapat merasakan kasih sayangnya dari setiap detik tatapan mama kepadaku. Hatiku  merasa sejuk ketika mama seketika datang menenangkanku. 

Tepat bulan September nanti Mama sudah berumur setengah abad. Sedangkan Bapa sudah berumur 53 tahun. Mama dan Bapak berjarak usia tiga tahun. Mama seorang keturunan Suku Batak dan Bapak adalah suku Helong. Suku yang mendiami sebagian kabupaten Kupang. Kebetulan kami tinggal di Desa kayu putih  salah satu desa dari sekian banyak desa yang Ada di kota Kupang. 

Kota Kupang adalah sebuah Kota madya sekaligus Ibu Kota Nusa Tenggara Timur atau masyarakat biasa menyebutnya dengan NTT. Kota terbesar ini terletak di Pulau Timor. Tersebar di pesisir Teluk Kupang,  bagian barat laut Pulau Timor. 

 Aku adalah anak semata wayang orang tuaku. Walau begitu Mama dan Bapak, tidak Ingin aku tumbuh sebagai seorang gadis Desa yang lemah. Mama dan Bapak mendidik aku dengan sangat baik. Mereka tidak memanjakanku. 

Aku selalu berusaha sendiri, aku seorang anak yang mandiri. Bahkan sangat kuingat betul umur tujuh tahun aku sudah belajar membersihkan tumpukan piring di dapur. Menyimpan piring sendiri ketika selesai makan. Bahkan ketika bangun tidur aku sudah terbiasa membereskan tempat tidur sendiri dan aku selalu bagun tepat pukul 05.30 WITA. Setengah jam lebih lama dari jam bangun emak. Walau memang saat itu semua rutinitas yang kukerjakan belum terlihat sempurna. 

Suatu hari nanti, ingin aku membahagiakan mereka . Sehingga mama tidak perlu menahan panas terik matahari dan mengigil ketika hujan menghampiri. 

Supaya mama tidak perlu lagi pergi ke pasar memanggil para pembeli untuk melirik dagangan mama. Ketika aku mengingat jerih payah kedua orangtuaku aku sangat sedih. Apalagi ketika melihat jerih payah Bapak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun