Mohon tunggu...
Grace Sihotang SH MH (HSPLaw)
Grace Sihotang SH MH (HSPLaw) Mohon Tunggu... Penulis - Advokat Dan Pengajar/ Tutor pada prodi Hukum Universitas Terbuka

Mengajar mata kuliah Hukum Pidana Ekonomi. Lawyer/ Advokat spesialisasi Hukum Asuransi Dan Tindak Pidana Asuransi. Menulis untuk Keadilan, Bersuara untuk Menentang Ketidakadilan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Doa Seorang Ibu Pengemis

23 Desember 2020   19:24 Diperbarui: 23 Desember 2020   19:47 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seorang pria yang berjalan melewati pengemis dan bertanya.

"Tuhan, mengapa KAU tidak melakukan sesuatu untuk orang-orang ini?"

Tuhan menjawab, "Aku sudah berbuat sesuatu. Aku Menciptakanmu" (RUMI)

Hari itu aku ingat sekali tanggal 27 bulan Maret, kurang lebih sepuluh tahun yang lalu, aku berjalan kaki pulang sekolah bersama anakku. Jam menunjukkan pukul 11 siang bertepatan dengan waktu pulang sekolah.

Lokasi sekolah anakku sangat dekat dengan sebuah stasiun di daerah Depok. Lama. Kala itu daerah sekitar stasiun Depok Lama belum setertib sekarang. Di sekitaran stasiun masih banyak orang-orang berjualan bahkan pengemis yang berkeliaran.

Tiba tiba, saat  aku berjalan ada seorang ibu dengan pakaian kumal dan menggendong anak menghampiriku dan menengadahkan tangannya dengan wajah pucat dan memelas. Anaknya pun sangat kurus dan kurang gizi serta seperti habis menangis.

"Ibu, tolong berikan saya uang seadanya ibu. Saya dan anak saya belum makan sejak kemarin", katanya menghiba padaku. Kulihat air mata mengalir di pipinya sama dengan air mata di pipi anaknya yang juga belum kering. Hatiku tersentuh. Sangat tersentuh, apalagi aku juga memiliki seorang anak laki-laki. Sama seperti ibu pengemis tersebut.

Hatiku teriris. Aku berseru dalam hati, "Tuhan, mengapa ibu ini tidak datang padaku di awal bulan, saat aku baru gajian. Saat ini uangku tinggal Rp18000 rupiah ya Tuhan". Sedih, aku teramat sedih.

Tanpa berpikir panjang, dan karena yakin besok tanggal 28 adalah hari gajian, aku berikan uang Rp 15000 ku pada ibu pengemis tadi, dan Rp 3000 nya aku sisakan untuk bayar angkot untuk pulang ke rumahku. Saat jaman itu Rp 15000 sudah lumayan bisa untuk membeli makanan dan mengganjal perut yang lapar. Kebetulan aku di rumah sudah memasak, jadi tidak memegang uang sepeser pun tidak menjadi masalah, Karena esok hari sudah gajian,

Saat diberikan uang Rp 15000 tersebut, si ibu menangis tersedu karena bahagia. Seakan ingin membalas jasaku karena sudah memberinya uang, si ibu pengemis memanjatkan doa yang sangat panjang yang membuatku terharu. Dia berkata,

" Ya Allah, berikan rejeki dan rahmat pada ibu ini, panjangkanlah umurnya, jauhkanlah dari marabahaya. Berikan kesehatan dan kemudahan serta pelihara hartanya. Semoga kebaikan hati ibu ini mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah, dst dst"

Dan ibu tersebut baru memberhentikan doanya ketika aku mengucapkan terimakasih padanya. "Terima Kasih Banyak Doanya Ibu" dan ibu itupun berlalu.

Segera aku naik ke dalam angkot bersama anakku untuk segera pulang, namun belum beberapa lama aku menaiki angkot, telpon genggamku berbunyi. "Halo, bisa bicara dengan Ibu Grace Bintang?", kata suara dari balik telpon genggam. "Ya, ini saya sendiri", begitu jawabku. Dan seketika itu pula hatiku berkecamuk karena suara yang ada di balik telpon gengam mengabarkan bahwa aku memenangkan undian suatu  produk dan berhak atas hadiah uang 50 juta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun