Mohon tunggu...
Grace Maretta
Grace Maretta Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis Dewasa

Psikolog di Mudah Nyaman - Healing and Development Service @mudahnyaman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Menyemangati Orang yang Berduka, Mengapa?

20 Juli 2021   21:32 Diperbarui: 20 Juli 2021   21:41 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Namun, Corpuz (2019) dalam artikelnya menyatakan bahwa proses berduka merupakan cara adaptasi yang wajar dan sehat terhadap pengalaman kehilangan. Momen kehilangan justru perlu diterima dan dijalani sebagai salah satu langkah untuk beradaptasi dengan perubahan keadaan. 

Seseorang yang sedang berduka perlu belajar menerima segala emosinya di masa kini, supaya jika masa berdukanya sudah selesai, ia dapat menata dirinya kembali untuk kuat menjalani kehidupan yang berbeda setelah momen kehilangan.

Sebaiknya, kita perlu menunjukkan empati agar dapat menguatkan mereka yang berduka dengan cara yang lebih tepat. Empati merupakan bentuk respon terhadap emosi orang lain dengan cara berkata atau berperilaku yang mewakili perasaan orang tersebut (Oxley, 2011). 

Fokusnya pada emosi orang lain, bukan pada diri sendiri. Empati membutuhkan kemampuan berpikir dan merasakan, agar kita tidak mudah menyatakan judgement atau mengutarakan nasihat-nasihat tak perlu, khususnya dalam waktu kedukaan. Berempati kepada yang sedang berduka akan menolong kita menempatkan diri di posisi tersebut dan memikirkan respon yang perlu diberikan.

Berempati bukan berarti kita harus ikut menangis terhanyut dalam kesedihan saat orang lain mengalami kehilangan. Berempati juga bukan berarti kita tidak boleh mengatakan apapun pada mereka yang berduka. 

Berempati dapat ditumbuhkan dengan melihat momen kedukaan ini dari kacamata mereka yang merasakannya. Mudahnya, kita berusaha memahami dengan membayangkan bila hal ini terjadi pada diri sendiri. Hasilnya, kita justru akan memberikan respon yang lebih mewakili perasaan orang lain, sehingga mereka akan merasa bahwa dirinya dipahami.

Contoh berempati melalui perkataan "Ini benar-benar kondisi yang sulit ya untukmu." atau "Aku juga merasakan kehilangan, tapi perasaanku tak seberapa dibanding dengan apa yang kamu alami sekarang".

Jika kita siap dan mampu, kita dapat berwelas asih dengan cara mengirimkan sesuatu atau memberikan bantuan praktis saat dibutuhkan. Kedua cara ini lebih dapat meringankan perasaan mereka yang terbeban. 

Alangkah baiknya bila kita simpan beragam pertanyaan yang kita pikirkan dan tak perlu terburu-buru menanyakannya sekarang. Bisa jadi sudah beberapa orang bertanya tentang hal serupa dan terasa sangat melelahkan bagi yang sedang berduka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama.

Jadi, jika Anda mendengar kabar duka dari kerabat atau saudara, tak perlu terburu-buru merasa harus menyemangatinya. Tunjukkan bela sungkawa. Beri mereka waktu untuk mengakui bahwa kondisi ini tak baik-baik saja. 

Melakukan hal ini bukan berarti Anda sedang menjerumuskan mereka dalam bahaya, tetapi justru Anda sedang berusaha menunjukkan welas asih yang Anda punya. Pada waktu ini, ungkapan "menangislah bila perlu" lebih melegakan, dibandingkan dengan ucapan-ucapan semu tentang kekuatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun