Pertemuan antara kedua tokoh besar  yaitu  Joko Widodo dan Prabowo Subianto di akhir minggu ini,  merupakan momentum  fenomenal yang dinantikan oleh banyak pihak di negeri ini.
Hal itu  disebabkan karena pertemuan dimaksud  dilakukan setelah pertarungan Pilpres yang telah  menyita banyak energi dan parhatian masyarakat Indonesia.
Dengan pertemuan ini, dan melalui pernyataan dari kedua beliau, sudah dapat dengan sendirinya menurunkan tensi politik di tanah air yang sekian lama kondisinya bagaikan api di dalam sekam.
Meskipun demikian, tampaknya masih ada  sebagian pihak yang tidak berkenaan atas pertemuan kedua tokoh bangsa ini, dan selalu  saja berupaya untuk memperjuangkan obsesi politik partisan atas hidden agenda yang mereka miliki.
Indahnya Kedamaian
Pada dasarnya, kenyataan hidup secara empiris  telah membuktikan bahwa dalam Kedamaian ada Keindahan, dan dalam Keindahan ada pula Kedamaian.
Oleh karena itu selogan bahwa Damai itu  Indah, sebenarnya  merupakan pernyataan yang mubazir, karena pernyataan itu sama analoginya dengan ungkapan bahwa garam itu asin, ya, garam itu memang asin, dan Damai itu memang Indah.
Namun demikian, frasa tentang Indahnya Kedamaian merupakan ekpresi proses mental yang mendambakan adanya ketenangan dalam hidup, baik kehidupan pribadi antar anggota masyarakat, Â maupun kehidupan sebagai tokoh bangsa yang menjadi panutan banyak pihak.
Dengan demikian, maka adanya pertemuan antara kedua tokoh bangsa yang baru saja bersaing dalam perhelatan dalam  Pilpres kemarin,  merupakan momentum yang menjadi kerinduan semua pihak.
Sebagaimana dipahami bersama bahwa, persaingan mereka tidak hanya kerena faktor mereka berdua secara personal sebagai aktor politik, tetapi lebih dari pada itu adalah soal pendukung dari keduanya dengan ideologi politik yang melatarinya.
Belum lagi, hasrat politik pendukung kedua tokoh tersebut  telah diberi muatan emosi yang berlebihan  untuk memenangkan pertarungan Pilpres dengan jalan dan cara apapun.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan kalau ketika perhelatan Pilpres kemarin,  persaingan antar pendukung  kedua kubu tampak sangat sengit bahkan telah melampau batas kewajaran dalam sebuah  persaingan politik.