Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mencari "Harta Karun" di Balik Bendera Internasional

17 Mei 2017   19:52 Diperbarui: 17 Mei 2017   22:28 965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kampanye aksi nonviolence di kota Milan, FOTO: milano.repubblica.it

Memahami sebuah simbol kadang amat sulit. Lebih sulit jika seseorang menafsir tanpa berpikir. Maksudnya, jika ia berpikir lebih dahulu, pasti ia akan mencari tahu. Inilah awal dari sebuah pencarian akan pengetahuan. Banyak yang berani menafsir arti simbol tanpa menyelami seluk beluknya. Jadinya, tafsiran itu pun melebar ke mana-mana dan tidak berbicara sama sekali.

Penelusuran seperti ini kiranya berlaku dalam sistem hidup bermasyarakat. Sistem itu kiranya menjadi salah satu kunci hidup bersama. Kunci itu akan membuka kedok ketidaktahuan bersama. Kunci—betapa pun sederhana—akan menjadi alat ampuh untuk membuka ruang percakapan.

Kunci ini akan dipakai juga dalam menelusuri arti simbol beberapa bendera internasional. Bendera internasional kiranya tidak asing bagi kita. Kecuali bagi kami yang hidup di desa, bendera internasional itu kiranya perlu diketahui. Bukannya kami tidak mau tahu tetapi memang kami jarang melihatnya. Bagi kami, bendera Merah Putih saja itu sudah cukup.

Bendera Merah Putih sebagai bendera nasional rupanya hanya satu dari banyak bendera di dunia. Banyak juga bendera milik organisasi yang ada di dalam negara Indonesia. Bendera-bendera ini hanya menjadi penanda bagi organisasi tingkat lokal atau nasional. Sementara, di level yang lebih luas, ada banyak bendera milik organisasi internasional. Sebut saja milik PBB, PMI, PACE, dan sebagainya. Di balik bendera bergambar itu, tersimpan makna yang berarti. Bendera dengan demikian tidak lahir begitu saja. Bendera layaknya seperti makhuk hidup yang lahir dengan tujuan tertentu. Maka, meski berkategori benda mati, bendera bisa menjadi hidup dengan menelusuri arti di baliknya.

Bendera Palang Merah dan Bulan Sabit, FOTO: movafaghiat.com
Bendera Palang Merah dan Bulan Sabit, FOTO: movafaghiat.com
Bendera pada umumnya menyatukan banyak anggota dalam satu kelompok. Bendera Merah Putih menyatukan warga Indonesia menjadi sebuah negara dan bangsa. Ada juga bendera yang lahir dari rasa kebersamaan. Bendera itu misalnya milik organisasi PACE, atau PEACE dalam bahasa Inggris. Bendera ini lahir dari keprihatinan bersama yakni rasa kemanusiaan (umanità).

Bendera PACE memiliki 7 warna yang dipasang secara horizontal alias memanjang. Bendera ini dikenal juga sebagai bendera pelangi karena warnanya seperti warna pelangi. Jika pelangi dimulai dengan Merah, bendera PACE dimulai dengan Ungu. Berikut urutan 7 warnanya: Ungu, Nila, Biru langit, Hijau, Kuning, Oranye, dan Merah. Kalimat PACE ditulis dengan huruf kapital berwarna Putih.

Sisi kemanusiaan kita tertera dalam simbol 7 warna dan 1 kalimat ‘damai’ ini. Tujuh warna itu adalah simbol keberagaman kita. Meski kita beragam (7) kita semua memiliki ‘kemanusiaan’ (1) yang sama. Itulah sebabnya, kita bersatu memperjuangkan kedamaian di dunia ini. Kedamaian mesti menjadi milik setiap manusia. Inilah kemanusiaan bersama.

Bendera PACE ini—seperti organisasi PACE—lahir di Italia pada 1961. Idenya muncul dari seorang promotor bernama Aldo Capitini (1899-1968) dalam sebuah “Gerakan Jalan Kaki untuk Kedamaian” alias “Marca per la Pace” dari kota Perugia sampai Assisi, Italia. Saat itu, Capitini meminta teman-temannya untuk menjahit Bendera ini. Idenya lahir dari Gerakan Anti Nuklir di Inggris pada 3 tahun sebelumnya. Gerakan di Inggris ini dipelopori oleh Filsuf Bertand Russell (1872-1970).

Bendera PBB, FOTO: it.dreamsteame.com
Bendera PBB, FOTO: it.dreamsteame.com
Aldo Capitani adalah seorang filsuf dan penyair Italia. Ia hidup di kota Perugia, tempat dimulainya Gerakan Jalan Kaki untuk Perdamaian ini. Aldo dikenal sebagai pejuang gerakan anti-kekerasan. Dia juga yang mengembangkan teori ‘Nonviolence’-nya Gandhi dari India. Itulah sebabnya, Capitani juga sering dikenal sebagai “the Italian Gandhi” alias Gandhi-nya orang Italia. Seperti Gandhi, Capitani juga yakin jika kita semua menginginkan hidup dalam damai alias tanpa kekerasan. Bendera PACE itu pun menjadi inspirator bagi kita semua.

Jika PACE lahir dari ideal bersama, PBB lahir dari rasa kesatuan (unity). Organasi internasional ini membawahi banyak negara di dunia. PBB lahir setelah Perang Dunia ke-2 tepatnya pada 30 Oktober 1947. Perang itu bukan saja memakan banyak korban tetapi juga memisahkan banyak keluarga, suku, bangsa, dan negara. PBB lahir untuk merajut kembali persatuan yang dirusak oleh pemisahan perang tadi.

Untuk melebarkan misinya ini, PBB membuat Bendera berwarna Biru, berbentuk persegi panjang. Di tengahnya, ada peta dunia berbentuk planet/globe. Bagian tengah ini diapit oleh 2 ranting Zaitun yang dipasang melingkar. Zaitun di Barat adalah simbol perdamaian. Maka, melalui bendera ini, PBB ingin mempromosikan bukan saja persatuan tetapi lebih-lebih perdamaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun