Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

AS dan Rusia Membunuh Masa Depan Anak-anak Suriah

1 Oktober 2016   05:04 Diperbarui: 1 Oktober 2016   11:10 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mereka seharusnya bahagia, FOTO: moviduepuntozero.it

Nelson Mandela puluhan tahun lalu sudah mengingatkan dunia dengan kata-kata bijaknya. Kata-kata itu lahir dari keprihatinannya akan dunia yang penuh dengan kemiskinan, ketidakadilan, peperangan, kebencian, dan sebagainya. Mandela (1918-2013) yakin ada satu hal yang bisa mengubah dunia ini. Maka, katanya, pendidikan adalah senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia.

Pendidikan dalam hal ini memang adalah senjata. Beda dengan senjata dalam peperangan, pendidikan adalah senjata untuk membunuh ketidakadilan, kemiskinan, peperangan, kemelaratan yang ada di dunia ini.

Jika dalam perang, senjata bisa menghancurkan, pendidikan justru menjadi senjata yang menghidupkan. Pendidikan tidak menghancurkan masyarakat. Pendidikan justru mengangkat harkat masyarakat dari keadaannya yang buruk seperti dilanda perang, ketidakadilan, kemiskinan, dan sebagainya.

Dunia saat ini sedang dilanda perang khususnya di beberapa belahannya. Ada yang terang-terangan seperti di Timur Tengah. Ada yang diam-diam tetapi menghancurkan. Tak heran jika perang seperti ini oleh beberapa pengamat dunia dinamakan perang dingin atau juga yang lainnya perang dunia ketiga.

Perang yang justru (tampak) meresahkan saat ini adalah perang yang berlangsung di Suriah. Negara ini dilanda perang sejak bulan Maret tahun 2011 yang lalu. Lima tahun berlalu, perang pun belum berakhir. Malah, makin ganas.

Perang ini bukan saja meresahkan warga Suriah tapi juga warga dunia. Saling tuding antara Amerika Serikat dan Rusia menjadi penyebab keresahan dunia internasional. Dua negara adi daya ini memang seolah-olah berusaha membuyarkan mata dunia internasional akan harapan damai di Suriah.

mereka mengintip dalam suasana perang, FOTO: bocchescucite.org
mereka mengintip dalam suasana perang, FOTO: bocchescucite.org
Kelompok yang paling rugi dari perang ini adalah anak-anak, remaja, dan kaum ibu. Padahal, anak-anak adalah masa depan bangsa. Anak-anak Suriah adalah masa depan bagi negara ini. 

Apa jadinya jika mereka malah menjadi korban perang? Mereka tentu membutuhkan senjata untuk mengubah negara mereka. Seperti kata Mandela, mereka juga butuh pendidikan. Sayangnya, senjata ampuh mereka ini justru dirampas oleh penguasa perang di negara mereka.

Anak-anak Suriah seharusnya mendapatkan pendidikan seperti anak-anak di Parma dan di belahan dunia lainnya. Di Parma, anak-anak sekolah mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuan mereka melalui pendidikan. Ini juga adalah senjata mereka untuk mengubah masa depan kota Parma.

Tahun ini, hanya di kota Parma saja, total murid baru di tingkat SD-SMA berkisar 11.800 orang. Jumlah ini setara dengan 1/5 dari total seluruh siswa baru di Provinsi (Regione) Emilia Romagna. 

Para siswa baru ini bergabung dengan siswa lainnya yang sudah tergabung beberapa tahun sebelumnya di sekolah-sekolah di kota Parma. Sedangkan, total semua siswa SD-SMA di Provinsi Emilia Romagna. tahun ajaran 2016-17 adalah 550.000 orang. Mereka dibantu oleh 46.161 orang guru. Kalau dirata-ratakan 1 guru mendidik sekitar 11-12 siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun