Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aksi 1000 Lilin ala Eropa

15 Mei 2017   06:29 Diperbarui: 15 Mei 2017   13:10 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama menjadi penguasa, Francisco memegang beberapa peran penting antara lain menjadi Kepala Negara Spanyol selama 8 tahun (1/4/1939 – 31/3/1947), Kepala Raja di Kerajaan Spanyol selama 28 tahun (31/3/1947 – 20/10/1975), jabatan yang ia bawa sampai akhir hayatnya. Tidak puas dengan kekuasaan di 2 pos ini, dia juga pernah menjadi Kepala Pemerintahan selama 34 tahun (5/2/1939 – 8/6/1973).

Jenderal Francisco Franco, FOTO: fotolibra.com
Jenderal Francisco Franco, FOTO: fotolibra.com
Jenderal Francisco memang terkenal dengan kehebatannya baik dalam perang maupun dalam berpolitik. Intriknya ini menjadi bumbu mulusnya karier politik dan militernya. Meski licik, Jenderal Francisco sebenarnya tidak bisa melindungi warganya dari serangan lawan. Ia memang pada akhirnya menang dalam Perang Sipil (17 Juli 1936 – 1 Aprile 1939) ini.

Perang yang berlangsung 3 tahun ini justru menjadi akhir hidup bagi ratusan warga di kota Guernica. Perang ini terjadi antara kelompok nasionalis (nacionales-Spanyol) dan kelompok republik (republicanos) yang setia pada pemerintah. Jenderal Francisco yang menjadi bagian dari kelompok nasionalis akhirnya menang.

Kemenangan ini bukan saja menjadi kekalahan bagi kelompok republik. Kemenangan ini mnandai mulainya zaman kedikatoran dari Jenderal Francisco. Dia menerapkan ideologinya berdasarkan semangat fasisme di Italia. Dan dengan ideologi ini dia mendapat bantuan dari pasukan fascismo Italia dan pasukan nazi Jerman. Dua kelompok inilah yang membantunya termasuk menghancurkan kota Guernica.

Dari peristiwa ini muncul pelajaran bagi kita: perang tidak akan pernah jadi solusi dari sebuah masalah. Pelajaran inilah yang mau disampaikan oleh kelompok La Carovana dalam aksi jalan kaki ini. Gerakan Rete di Cooperazione educativa-C’è speranza se accade@ berada di balik aksi ini. Gerakan ini sudah berusaha untuk menyukseskan acara ini sejak 2015 yang lalu.

Sejak saat itu, Gerakan ini mengajak sekitar 8000 pelajar di banyak sekolah di Italia untuk mempromosikan pesan perdamaian ini. Mereka berdiskusi, membicarakan, melukiskan perang di dalam pelajaran sekolah. Diskusi ini bertujuan agar mereka memahami dan berusaha melampaui kekejaman perang itu. Pada akhirnya, mereka juga membuat tulisan atau buah pikiran, atau juga lukisan di sekitar lingkungan mereka untuk menyampaikan pesan damai, menolak perang dan aksi kekerasan.

Mereka kiranya paham bahwa Perang Sipil di Spanyol ini amat kejam. Mereka tidak sendiri. Pelukis kondang dari Spanyol Pablo Picasso pada 1937 juga membuat sebuah lukisan tentang peristiwa ini. Picasso adalah pelukis dan pemahat terkenal yang namanya sudah mendunia. Dia juga tidak tinggal diam dengan aksi kejam di negerinya ini.

Melalui lukisannya itu, pelukis yang lahir di kota Malaga-Spanyol pada 25 ottobre 1881 ini melukiskan drama perang ini. Picasso memang meninggal di Mougins-Prancis pada 8 aprile 1973, tetapi ingatannya akan perang ini amat tajam. Ia hidup pada masa perang ini. Itulah sebabnya, lukisannya juga menggambarkan situasi chaos pada saat itu.

Guernica, FOTO: pinterest.com
Guernica, FOTO: pinterest.com
Lukisannya yang berjudul Guernica ini ia buat di Prancis kini disimpan di Museo Reina Sofia,di kotaMadrid.Lukisan ini berukuran besar dan berupa lukisan dinding. Di tengah suasana chaos itu, Picasso meletakkan gambar Kuda. Kuda adalah simbol kekuatan dalam perang. Dengan Kuda, kepala pasukan bisa bergerak ke mana-mana. Dan, dengan Kuda juga ia berlari menghindari musuh. Di atas Kuda juga, kepala pasukan bisa mati.

Picasso melukiskan Kuda itu di bawah sebuah lampu pelita. Lampu itu melambangkan ketenangan keluarga Spanyol yang akhirnya terusik oleh prang sipil itu. Kuda itu memang pada akirnya tidak tenang. Kuda itu dibagi-bagikan menurut bagiannya seperti rakyat Spanyol yang terpecah-pecah.

Suasana tenang ini kiranya menjadi kerinduan kita di Indonesia ini. Inilah ciri khas bangsa kita. Maka, mari kita jauhkan gambaran serpihan dan perpecahan seperti dalam lukisan Picasso. Aksi 1000 lilin bukan untuk memecah tetapi sekadar tanda solidaritas dan penyampaian pendapat saja.

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

PRM, 15/5/2017

Gordi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun