Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Paus Fransiskus di Mata Gadis Muslim Ini

28 Maret 2017   03:28 Diperbarui: 29 Maret 2017   12:00 888
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Fransiskus menyambut Imigran Muslim dari Siria pada 2015 yang lalu, FOTO: it.radiovaticana.va

Asfa pun merasa dikuatkan oleh pesan-pesan Paus Fransiskus. Dia menulis, “Dia berbicara bukan hanya dalam dunia orang Katolik, pesan-pesannya membuat setiap orang merasa tenang dan damai.”

Kata-kata yang dipilih oleh Paus Fransiskus memang selalu menyangkut kehidupan manusia. Bagi Paus, manusia mesti menjadi subyek dan bukan obyek. Itulah sebabnya, kata-kata yang digunakan terkait dengan nilai-nilai kemanusiaan. Bagi Asfa sikap Paus ini menunjukkan jati dirinya sebagai “pribadi yang kaya dengan nilai-nilai yang dapat dibagikan dan dihidupi setiap hari.”

Nilai-nilai ini bersifat universal dan berlaku di setiap agama. Itulah sebabnya, Asfa juga mengatakan bahwa Borgolio menunjukkan pada kita, “betapa agama-agama itu saling berdekatan.” Bagi Asfa, pemahaman seperti ini justru membuat setiap pemeluk agama merasa sebagai saudara. Kita boleh yakin, persaudaraan itu kiranya yang dibutuhkan oleh setiap pemeluk agama saat ini. Tanpa itu, agama hanya menjadi lembaga yang mengatur kepentingannya sendiri dengan berbagai hukum yang ketat, yang bahkan justru mengeksklusifkan dirinya di tengah masyarakat.

Paus berpidato di hadapan Para Pemimpin Uni-Eropa pada Jumat 24 Maret yang lalu di Vatikan, FOTO: it.zenit.org
Paus berpidato di hadapan Para Pemimpin Uni-Eropa pada Jumat 24 Maret yang lalu di Vatikan, FOTO: it.zenit.org
Dunia saat ini kiranya amat memerlukan rasa persaudaraan itu. Paus mengangkat tema persaudaraan ini dalam pidato di hadapan 27 pemimpin Uni-Eropa yang berkumpul di Roma pada Sabtu, 25 Maret yang lalu. Mereka berkumpul untuk merayakan 60 tahun terbentuknya Uni-Eropa. Uni-Eropa dibentuk berdasarkan nilai persaudaraan. Inilah satu dari beberapa nilai yang ditinggalkan oleh para pendirinya. Persaudaraan ini menjadi nyata termasuk dalam perjanjian ekonomi, sosial, budaya, dan politik.

Paus mengajak para Pemimpin Eropa ini untuk melihat kembali nilai-nilai yang menjadi warisan berharga ini. Pidato Paus ini amat berkesan di hati beberapa pemimpin Eropa termasuk Presiden Prancis Francois Hollande. Prancis tentunya amat terkait dengan nilai Persaudaraan. Di sanalah lahir 3 semboyan populer, Fraternitè, Egalitè e Libertè. Hollande yang tidak menganut agama itu pun memeluk erat Paus Fransiskus setelah berpidato. Ini adalah ungkapan terima kasih kepada Paus Fransiskus.

Kata-kata Paus Fransiskus rupanya menyentuh baik yang beragama maupun yang tidak beragama, baik anak-anak maupun orang tua, dan juga kakek dan nenek. Di Milan, sebelum kembali ke Roma, Paus tak lupa berterima kasih kepada warga ateis (non credenti) yang sudah berpartisipasi dalam pertemuan indah itu. Kehadiran orang-orang yang tak percaya pada Tuhan ini di Katedral Milan memang bukan hal baru. Kardinal Martini sebelumnya juga selalu berdialog dengan mereka di pusat Gereja Katolik Milan itu. Bahkan, pidato-pidato publik sang Kardinal selalu dihadiri kelompok orang-orang yang tak percaya pada Tuhan (non credenti).

Jika yang tidak percaya saja, mau mendengarkan apalagi yang percaya. Alfonso Arbib, Rabbi (Pemimpin Komunitas Yahudi) di Milan pun menilai kunjungan Paus Fransiskus ini sebagai ajakan untuk mendekatkan diri dengan sesama. Arbib mengatakan, “Dari pendekatan yang sering ditunjukkan Paus Fransiskus yakni memerhatikan orang-orang miskin, kita mesti meniru sikapnya: bersama-sama memerhatikan orang-orang miskin (ekonomi dan spiritual). Tujuan inilah yang bisa menyatukan kita, para pemeluk dari berbagai agama.”

Paus Fransiskus bersama Para Pemimpin Agama dari seluruh dunia pada pertemuan di Assisi September yang lalu, FOTO: it.radiovaticana.va
Paus Fransiskus bersama Para Pemimpin Agama dari seluruh dunia pada pertemuan di Assisi September yang lalu, FOTO: it.radiovaticana.va
Kesan yang hampir sama disampaikan juga oleh Giuseppe Platone, Pendeta dari Gereja Protestan Valdese. Platone menekankan peran kota Milan sebagai tempat yang menyatukan para pemeluk agama. “Kita akan menyambut Paus Fransiskus bukan untuk membuat foto selfie tetapi untuk menunjukkan padanya bahwa Milan adalah tempat bersatunya para pemeluk agama termasuk berbagai komunitas Gereja Protestan dan Ortodoks yang jumlahnya banyak sekali di kota ini,” tegasnya.

Kesan dari berbagai kalangan ini menunjukkan bahwa betapa kuatnya kata-kata dan sikap yang ditunjukkan Paus Fransiskus kepada orang-orang yang menjumpainya. Dengan sikap ini, Paus seakan-akan mau mengatakan bahwa, ketika kata-kata kita disampaikan dengan bahasa manusia, siapa pun bisa menangkapnya. Sebaliknya, jika kita menggunakan bahasa yang tidak menyangkut nilai-nilai kemanusiaan, kata-kata itu hanya berbunyi kosong, tanpa pesan yang bermanfaat.

Asfa di akhir artikelnya berharap, semoga kehadiran Paus Fransiskus ini membuka pintu baru bagi terbentuknya Masjid sebagai tempat berdoa di kota Milan. Sampai saat ini Milan belum mempunyai masjid yang resmi. Milan memang termasuk kota yang tidak ramah bagi kaum imigran. Citra kaum pendatang bagi kota ini belum begitu bersahabat. Inilah juga yang membuat usulan untuk membangun Masjid belum ditanggapi dengan baik.

Rupanya bukan hanya di Ciledug-Jakarta, Bekasi, dan Bogor saja, muncul kesulitan untuk mendapatkan izin membangun tempat ibadah. Di kota Milan juga demikian. Asfa pun merasakan betapa sulitnya membangun rumah ibadat bagi 1000-an pemeluk Muslim di kota ini. Perasaan Asfa ini persis seperti yang dialami oleh warga Gereja Kristen Yasmin di Bogor, warga Paroki Ciledug-Tangerang, dan warga Paroki St Clara Bekasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun