Mohon tunggu...
Gonzales_28
Gonzales_28 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Pilihan Kalap Penantang Ahok-Djarot

23 September 2016   18:47 Diperbarui: 23 September 2016   18:54 3571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jelang penutupan pendaftaran pemilihan Calon Gubernur Dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017. Muncul tiga formasi pasang calon. Formasi pertama, pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) -Djarot Saefulloh yang diusung oleh PDIP, Golkar, Hanura, dan Nasdem. Formasi kedua, pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Slyvianamurni, yang diusung oleh Demokrat, PAN, PPP, dan PKB. Kemudian yang terakhir, pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno, yang diusung oleh Gerindra dan PKS.

Koalisi Kekeluargaan Yang Pisah lebih Awal

Pasangan Ahok-Djarot sebagai petahana menghadapi dua pasang calon yang dibentuk pada menit-menit terakhir jelang pendaftaran calon. Sebelumnya parpol-parpol penantang Ahok membentuk koalisi kekeluargaan yang berisikan PDIP, PPP, PAN, PKB, PKS, Demokrat, dan Gerindra. Koalisi ini merupakan tandingan dari koalisi partai pendukung Ahok, yang terdiri dari Partai Golkar, Hanura dan Nasdem.

Namun semangat koalisi kekeluargaan semakin mengendur seiring waktu dan dinamika politik yang ada. Sebut saja ketika, PKS tiba-tiba bermanuver untuk mengajukan pasangan calon Sandiaga Uno-Mardani Ali. Apa yang dilakukan oleh PKS ini tidak serta merta direspon positif oleh anggota “keluarga” lainnya. Bahkan ini menjadi awal keretakan biduk perjalanan koalisi kekeluargaan.

Keretakan hubungan diantara “keluarga” ini pun semakin diperparah dengan keluarnya salah satu partai andalan mereka PDIP. PDIP sebagai salah satu partai kunci dalam Pilkada DKI 2017 memutuskan untuk mendukung pasangan Ahok-Djarot.

Koalisi kekeluargaan semakin limbung paska pengumuman dukungan PDIP untuk Ahok-Djarot. Konsolidasi-konsolidasi dilakukan namun tidak sampai titik temu. Hingga suatu malam, “keluarga” itu pun resmi bercerai. Hal ini ditandai dengan terbentuknya dua poros hasil perpecahan dari koalisi kekeluargaan. Poros yang pertama dinamakan oleh para awak media yaitu poros Cikeas, dan satu poros lagi yaitu poros Kertanegara (mengambil istilah dari alamat kediaman Prabowo).

Percayalah untuk tetap belajar dari yang berpengalaman

Poros Cikeas yang dimotori oleh Partai Demokrat, beranggotakan PAN, PKB, serta PPP, mengajukan Agus Harimurti Yudhoyono yang dipasangkan dengan Slyvianamurni. Agus sendiri merupakan putra tertua dari mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Agus diperkenalkan kepada publik sebagai tentara intelektual, yang memiliki kecakapan mirip dengan ayahnya. Terlebih kata santun pun diselipkan kepada Agus, untuk membedakan dengan Ahok sang petahana.

Namun menjadi pertanyaan, apakah dengan segala prestasinya di dunia militer, Agus Yudhoyono dapat memimpin Jakarta? Rasanya melihat seperti buah yang dipaksa matang sebelum saatnya. Poros Cikeas terkesan kalap dengan mendorong Agus untuk maju menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta. Poros Cikeas kesulitan untuk menemukan nama lain untuk menantang Ahok-Djarot.

Prestasi Agus di dunia militer tidak akan selalu berbanding lurus dengan penguasaanya terhadap medan dalam mengelola pemerintahan. Apalagi yang akan dihadapinya adalah kota Jakarta, dengan segala kompleksitasnya. Walau Agus ditemani oleh Slyvianamurni, tetap, hal ini membutuhkan proses belajar. Apakah warga Jakarta mau menunggu?

Pemimpin dengan Ide, Tidak Lebih Baik dengan Pemimpin yang memilki Ide dan Telah Bekerja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun