Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kelu

12 Oktober 2018   09:52 Diperbarui: 12 Oktober 2018   10:22 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sketsa by. S.Subadri

Lelaki bertangan seribu menjilati kenang ia rundukkan bulan di dahinya,

Gerimis jatuh dalam riam riam waktu,

lama ia bersila, mencari gambaran wajah wajah awan yang pudar

rupamu diambang gelap terang,

Ia sempoyongan mendaki gunung gunung mabuk,

ia mabuk kerinduan, ohhh..matanya secerah matahari.

Lelaki berambut api yang kaku dan bertangan besi,

terhuyung-huyung memanggul segunung bayang gelapnya sendiri,

batinnya kelu,

cuaca di luar menunggu, wajahnya yang pasti masih sama,

sebiru benakmu.

menataplah kepada langit, lalu ke tanah

remah remah rindumu mengecambah bersama cuaca,

sedemikian,

dan sedemikian...

tapi hatimu kelu,

lama kau duduk merundukkan bulan di keningmu,

mencari cahaya,

dan untuk kau genggam lalu mengitari kegelapan fikiran,

semu,sesemu memandang cakrawala

gerimis dan cahaya senja melaburkan kenang kesegala penjuru.

aku yang membatu,

tetap kelu,

bila menolehkan pandang dan menatap gembolan hitam

dosa dosa yang kelak kita pertanggungkan !

Gorontalo, 12 Okt 2018

Rasull abidin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun