Mohon tunggu...
Rasull abidin
Rasull abidin Mohon Tunggu... Auditor - Sekelumit tentang kita

hidup itu indah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak dari Penjara

16 Juli 2018   13:47 Diperbarui: 16 Juli 2018   13:58 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by. TubanJogja.com

Coretan di tembok penjara,  
Ditulis lantaran mulutnya tak bisa bicara  
Menulis karna kemelut tanya.  
Keadilan yang tak adil dimata merah pengadilan,  
Keadilan yang mana?  
Pengadilan yang di sulap menjadi adil?
Dalam tembok penjara,  
pandangan mata ditutup awan hitam,  
Meraba-raba, dan bila luput  
Tangannya mencakar ke udara, 

Bisa saja....
Petani lembah lapar mencabut singkong tuannya
Upah dua kepeng sehari,kadang menunggak.
Kemiskinan adalah bendera ketidakberdayaan
Sinyal keterpaksaan disambar konglomerat
Lalu merampas tanah lembah dan pegunungan
Itulah warisan penjajah,

Bisa saja...
Buruh marah lalu membakar pabrik tuannya
Karna korban phk,
Atau maling ayam yang teledor
Karna bayinya kurang gizi 

Bisa saja...
Seorang babu mencuri beras majikannya
Lantaran dirumah tiga anaknya merengek minta makan

Coretan kegamangan, serapah
Dan kecoa senggama keluar dari ubun-ubun
Gambar kita,
Lantaran tatawarna tak punya makna
Kita menghamba,
Pada tatanan warisan penjajah
Kita menghamba pada kemakmuran yang tidak makmur

Tembok penjara dihias ratapan air mata
Dan diluar sendiri
Kita melongo,
Sandiwara di gedung pengadilan,
Menghibur kanak-kanak dan mahasiswa
Dan seluruh rakyat nusantara.

Surabaya, 21 Juni 2018
Rasull abidin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun