Mohon tunggu...
Taufan S. Chandranegara
Taufan S. Chandranegara Mohon Tunggu... Gong Semangat

Kenek dan Supir Angkot

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Militerisme? Biarin Aja

2 Juni 2025   09:55 Diperbarui: 3 Juli 2025   07:33 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase Foto Kompas.com

Militerisme? Biarin aja. Itu istilah umum di dunia; mau memakai istilah itu silakan saja, tidakpun sila pula.; Bebas merdeka. Tergantung ideologi negara bersangkutan. Enggak usah ke GR-an dulu. Menulis "Meliterisme" bukan berarti kritik pada hal ihwal tertentu, itu istilah umum di dunia loh hai. Cek aja arti kata militerisme di KBBI. Enggak percaya? Cek juga di dunia.; Itu istilah umum dipakai untuk suatu pola politik di negara tertentu apabila sebuah negara tersebut berkehendak memakai wawasan pilihan pemerintahannya.; Silakan saja.

Sama sekali tak ada urusannya dengan penulis seni susastra sebagai personal di negeri seribu pulau ini; adalah negara demokrasi, itupun konon, katanya sih begitu. Enggak tau deh. Salah benar sila ditinjau saja secara pustaka maupun secara empirik. Silakan saja pemerintahan sebuah negara mau ke kanan atau ke kiri.

Wong saya sastraisme. Lantas masalahnya di mana. Jelas berbeda dong militerisme dengan sastraisme. Cek ejaannya, sudah beda, arti dalam istilahnya pun sudah berbeda. Wong saya hobi nulis sastra ya pantaslah kalau para penulis sastra disebut kaum sastraisme.; Sebab keranjinagan sastra, lah nggih niku. Apa itu sastraisme cek secara umum.; Kalau tak ada di KBBI. Gong!

Sastraisme, menuliskan dirinya untuk hal ihwal bersifat sastra. Nggih toh. Nah. Udah ya. Lah niki kulo mau nulis sastra oh! Puisi. Oh! Misalnya jadinya begini.;

Oh! Puisi di manakah kamu
Aku mencarimu sampai mau mati loh
Iya sayangku. Kau lupa ya aku sembunyi
di ketiakmu.

Lah itu sepotong puisi, muncul dari ide natural; salahnya di mana.

Disebut sastra bukan berarti menunggu popularitas dulu lantas baru disebut sastrawan.; Hahaha wawasan kuno itu. Gini ya.: Siapapun manusia telah menuliskan wawasan perasaannya, lantas dipublikasikan untuk publik.; Itulah karya sastra tulis, umum ramai kini ada pula konon sebutan literasi; meski secara esensial tak sama alias kurang tepat.

Cari sendiri deskripsinya, disebut penulis berarti udah pada pinter menulis alias udah pada tahu cara menulis. Segampang itu kok. Enggak usah dibikin ribet kale. Sip.

Bravo buat semua penulis di manapun berada. Nulis terus sampai mati. Bebas merdeka. Loh ini negara demokrasi.; Benar begitukan. Ya wes. Mari menulis. Jreng!

Selesai.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun