Pendidikan Tinggi Ternyata Tidak Mampu Menghasilkan Orang Terdidik dan Berkualitas

Pendidikan Tinggi Ternyata Tidak Mampu Menghasilkan Orang Terdidik dan Berkualitas

 

Munculnya berbagai masalah di masyarakat seperti tindakan kriminal, kenakalan remaja, lingkungan hidup, kesenjangan sosial, konflik sara, dan pelecehan seksual merupakan tindakan memalukan akibat dari orang-orang yang tidak terdidik. 

Masalah seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme masih saja terjadi di tengah semakin tingginya Pendidikan warga negara Indonesia, mengapa demikian?

Orang Pintar Belum Tentu Terdidik, Orang Jujur Pasti Terdidik

Sekolah tinggi hingga bergelar sarjana, master, doktor atau bahkan profesor nyatanya belum tentu mampu mengubah perilaku seseorang. Mampu menempuh pendidikan hingga sarjana dan lainnya mampu menghasilkan orang-orang pintar namun tidak terdidik. Bukti nyatanya masih banyak penjahat yang bergelar harus mendekam di penjara.

Pendidikan di Indonesia memang hanya mengajarkan bidang keilmuan pengetahuan dan teknologi saja yang membuat orang semakin pintar. Namun dalam hal budi pekerti masih kurang ditanamkan sehingga membuat orang menjadi tidak terdidik. Dari situlah sebabnya mengapa orang pintar masih banyak yang melakukan tindakan memalukan seperti korupsi dan melakukan tindakan kejahatan lainnya.

Mungkin hanya di Indonesia mantan narapidana korupsi masih bisa dijadikan pemimpin sebuah instansi dan mendapatkan perlakuan spesial ketika narapidana tersebut mendekam di penjara. Hal ini bukanlah seharusnya menjadi hal yang memalukan bagi semua pihak, padahal masih banyak orang yang terdidik di luar sana tapi tidak dipilih. Indonesia memiliki banyak orang pintar, tetapi kekurangan orang jujur. 

Jujur adalah sebuah sifat yang membutuhkan kesesuaian sikap antara perkataan yang diucapkan dan perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.

Namun realita yang terjadi saat ini, kebanyakan orang lebih memakai cara instan dalam mendapatkan sesuatu. Kita tau realita yang terjadi di negara kita, ada banyak orang-orang tertentu yang duduk di kursi pemerintahan atau pun yang menjadi seorang pemimpin dengan cara kelicikannya yang tidak sportif dan memperlakukan wewenang-nya dengan kehendak hatinya.