Mohon tunggu...
Khus Indra
Khus Indra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pecinta Sastra dan Seni |\r\nPengagum pemikiran Friedrich Nietzsche | Pengkritik ulung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jokowi dan Standar Kepemimpinan Sekarang

6 Mei 2013   18:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:00 1340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jokowi, nama yang kurang atau tidak pernah terdengar ketika menjelang pemilu 2004 lalu. Nama ini juga terlalu asing pada saat itu, kecuali bagi warga Solo sendiri. Pada tahun 2004 silam, beliau baru menjabat sebagai walikota Solo. Dari seorang pengusaha kayu/mebel, beliau beralih ke ranah pemerintahan. Saat itu juga, semua mata mulai melirik dan mengawasi gerak-gerik pria kelahiran 21 juni 1961.

Ketika menjabat sebagai walikota, Pemuda solo ini mulai membangun kota kelahirannya dari mulai hal-hal kecil, seperti pasar-pasar yang kurang tertata rapi, serta mengenai pembangunan infrasturkturnya. Ibarat sosok jokowi memberikan air segar di tengah Oase. Pria yang terkenal dengan gaya blusukan ini, mulai membuat gebrakan-gebrakan baru dengan menampilkan sisi kreativitas dari kota solo tersebut. Beberapa ide-ide brilian yang dicetus adalah dengan membuat solo sebagai city branding, membangun solo melalui seni budayanya sehingga lahirlah acara tahunan 'Solo Batik Karnival'. Ide-ide kreatif mulai diimplementasikan sehingga membuat nama Solo semakin terkenal baik secara domestik maupun mancanegara.

Dia memimpin solo seperti benar-benar mendengarkan aspirasi warganya sendiri. Dia melakukan pendekatan persuasif untuk mengajak warganya membangun kota solo bersama. Dia blusukan, gemar berkeliling kampung dan desa untuk menemui warganya. Tetapi, hal itu bukan merupakan suatu perbuatan yang sia-sia. Dalam buku biografi yang ditulis oleh Alberthine Endah yang berjudul "Jokowi, Memimpin Kota, Menyentuh Jakarta', Jokowi mengatakan,


"Tak ada sesuatu yang luar biasa yang saya buat, Saya hanya melakukan yang semestinya memang harus dilakukan."

Kata yang cukup sederhana, dan tidak sulit untuk dicerna. Beliau menggambarkan bahwa pemimpin itu bukan sesuatu yang terlalu rumit, tetapi kalau seseorang memahami dengan benar bagaimana filosofis pemimpin, pasti akan melakukan sesuatu yang sudah seharusnya dilakukan. Tidak ada yang istimewa, yang ada hanyalah kesederhanaan yang dibalut dengan kecintaan dan kesungguhan untuk menjalani suatu amanat. Apalagi untuk rakyat.

Ketika Jakarta Memanggil

Sejak memimpin solo dengan segudang prestasi yang telah diukirnya, beliau kemudian dilirik banyak pihak terutama kalangan politisi yang sangat gencar untuk mengajaknya bergabung. Tidak dipungkiri lagi, beliau sangat populer ketika pria yang menyukai genre musik rock memimpin solo. Pernah suatu kali ketika berkunkunjung ke solo dan ini kejadian nyata yang dialami oleh penulis. Ketika itu penulis sedang melakukan perjalan backpacking dan berencana berkeliling di kota Solo awal 2012 lalu. Suatu ketika, pada saat makan siang di pinggiran jalan Slamat Riyadi kota solo, Penulis bertanya kepada salah satu pelanggan yang kebetulan makan siang juga di pinggiran jalan itu,


Penulis : "Pak, di Solo kan ada dua keraton yaitu keraton Kasunan dan keraton Mangkunegara. Nah, kalau bapak sendiri ikut dan milih yang mana? Kasunan atau Mangkunegara?"

Bapak  : "Wah dek, kalau bapak pilih Jokowi sajalah, Jokowi itu yang membangun kota Solo dari nol."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun