Bayangkan... setelah perjalanan panjang di dunia, penuh ujian, sakit, tangis, lapar, haus, dan kesabaran... akhirnya engkau dipanggil.
Hari itu, tubuhmu lemah. Nafasmu berat, terputus-putus. Keluargamu menangis di sekelilingmu, tapi matamu mulai kabur. Inilah, saat di mana dunia perlahan meninggalkanmu.
Di hadapanmu hadir malaikat yang menenangkan, wajahnya putih berseri. Mereka berkata lembut. Rohmu dicabut dengan lembut, bagaikan tetesan air yang keluar dari mulut kendi. Tidak ada rasa sakit.
Kubur bukan tempat gelap dan menakutkan. Bagimu, kubur terbuka luas, penuh cahaya, bagaikan taman. Bau wangi semerbak menenangkanmu. Malaikat datang bukan untuk menakutkanmu, melainkan meneguhkan imanmu.
Mereka bertanya. Lisanmu ringan menjawab. Maka malaikat berkata. Tidurlah dengan tenang, seperti tidurnya pengantin baru.
Hari itupun datang. Manusia digiring. Matahari didekatkan, manusia kehausan, ketakutan, dan kebingungan. Namun wajahmu bercahaya.
Amalmu ditimbang, doa-doamu, bahkan senyummu kepada orang lain. Semua kebaikan yang mungkin dulu kau lupakan, ternyata hadir sebagai penyelamatmu.
Lalu, catatan amalmu diberikan ke tangan kananmu. Kau bersorak gembira.
Kau berjalan melewati jembatan yang lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang, terbentang di atas api. Tapi kakimu ringan. Cahaya menerangi langkahmu. Kau melewatinya secepat kilat.
Ketika langkah pertama menapaki gerbang, malaikat menyambutmu dengan senyum yang menenangkan.