Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Independen

Berani Beropini Santun Mengkritisi, Warga Negara Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bayangkan...

28 Agustus 2025   06:02 Diperbarui: 28 Agustus 2025   06:02 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber:koleksi dok pribadi)

Bayangkan... setelah perjalanan panjang di dunia, penuh ujian, sakit, tangis, lapar, haus, dan kesabaran... akhirnya engkau dipanggil.

Hari itu, tubuhmu lemah. Nafasmu berat, terputus-putus. Keluargamu menangis di sekelilingmu, tapi matamu mulai kabur. Inilah, saat di mana dunia perlahan meninggalkanmu.

Di hadapanmu hadir malaikat yang menenangkan, wajahnya putih berseri. Mereka berkata lembut. Rohmu dicabut dengan lembut, bagaikan tetesan air yang keluar dari mulut kendi. Tidak ada rasa sakit.

Kubur bukan tempat gelap dan menakutkan. Bagimu, kubur terbuka luas, penuh cahaya, bagaikan taman. Bau wangi semerbak menenangkanmu. Malaikat datang bukan untuk menakutkanmu, melainkan meneguhkan imanmu.

Mereka bertanya. Lisanmu ringan menjawab. Maka malaikat berkata. Tidurlah dengan tenang, seperti tidurnya pengantin baru.

Hari itupun datang. Manusia digiring. Matahari didekatkan, manusia kehausan, ketakutan, dan kebingungan. Namun wajahmu bercahaya.

Amalmu ditimbang, doa-doamu, bahkan senyummu kepada orang lain. Semua kebaikan yang mungkin dulu kau lupakan, ternyata hadir sebagai penyelamatmu.

Lalu, catatan amalmu diberikan ke tangan kananmu. Kau bersorak gembira.

Kau berjalan melewati jembatan yang lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang, terbentang di atas api. Tapi kakimu ringan. Cahaya menerangi langkahmu. Kau melewatinya secepat kilat.

Ketika langkah pertama menapaki gerbang, malaikat menyambutmu dengan senyum yang menenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun