Keira berlari ke arah William. Tatapan matanya begitu tajam. Ia marah.
"Siapa ini? Kenapa kalian bergandengan tangan?" tanya Keira dengan nada tinggi.
"Eh, ini....," si Cowok Coklat gelagapan. Ia gugup.
"Aku pacarnya William. Kenapa? Memangnya orang pacaran nggak boleh gandengan tangan?" tanya si anak perempuan.
"Pacar? Apa maksudnya ini, Will? Jelaskan padaku!" seru Keira.
"Kamu ini siapa? Kenapa tanya-tanya gitu?" tanya si anak perempuan itu lagi.
"Aku pacarnya William! Kami jadian sekitar dua minggu yang lalu!" jawab Keira, masih dengan nada tinggi.
"Apa?? Apa maksudnya ini, Will? Kamu punya pacar lagi? Nggak cukup kamu selingkuhi aku bulan lalu sekarang kamu selingkuh lagi??" cecar si anak perempuan. Ia mendorong si Cowok Coklat sekuat tenaga lalu berlari meninggalkan kami semua sambil menangis.
Keira terdiam. Si Cowok Coklat hanya bisa menundukkan kepalanya.
 "Kita putus!" seru Keira. Ia pun lalu berlari meninggalkan si Cowok Coklat. Dan aku.
Aku mengejar Keira. "Kei! Tunggu!" Tapi Keira sepertinya tidak mendengarku. Atau, ia memang sengaja tidak mau mendengar panggilanku. Ia terus berlari sampai ke taman dekat rumah.