Seorang teman sedang mengomel, “Ugh, nyebelin banget, deh, orang itu! Bikin kesel aja!”
“Sabar…. Sabar… Orang sabar disayang Tuhan,” hibur saya.
“Apa nggak ada perkataan lain selain itu?” tanya teman saya.
“Ada. Mau tahu?” tantang saya.
“Apa?” tanyanya lagi.
“Orang sabar jidatnya lebar, hidungnya mekar, giginya keluar, badannya tambah melar…,” kata saya.
“Ah, yang benar saja kamu. Kalau begitu aku nggak mau jadi orang sabar, nanti tambah melar, dong!” protes si teman, memotong pembicaraan saya
“Tapi… Amalnya besar,” lanjut saya.
“Kok, bisa begitu? Coba kamu jelaskan,” pinta teman saya.
“Ya, orang sabar kan selalu mengusap-usap dahinya untuk menahan rasa kesal. Orang sabar hidungnya mekar karena menahan amarah. Lalu, giginya keluar karena ia menanggapi semuanya dengan senyuman dan ia suka tertawa. Orang sabar badannya tambah melar karena ia menghibur dirinya dengan makan daripada memikirkan sesuatu yang menjengkelkan. Terakhir, karena dia bisa menahan emosinya maka dia tentu tidak akan menyakiti orang lain, makanya amalnya besar,” jelas saya.