Mohon tunggu...
Gloria Rafael Bancin
Gloria Rafael Bancin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bersama saya Gloria Rafael Bancin, bagian dari mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi angkatan 2022 Universitas Andalas.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Sinkronisasi Ruang Lingkup Komunikasi dengan Seorang Batak di Tanah Rantau

2 November 2022   19:34 Diperbarui: 2 November 2022   19:37 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Batak, salah satu elemen pembentuk kebudayaan Indonesia yang beragam; yang juga pada kenyataannya etnis ini tidak asing lagi di telinga masyarakat terutama masyarakat Indonesia itu sendiri. Batak yang punya nama di Indonesia ini tentu beralasan. 

Berdasarkan kata.data.id Batak merupakan suku terbesar setelah suku Jawa dan Sunda yang menduduki peringkat pertama dan kedua di Indonesia. Spektakuler, bukan? Berbicara mengenai suku Batak, ada hal menarik yang rasanya sayang bila disimpan sendiri.

Menjadi seseorang di tanah rantau memang tidak semudah yang dibayangkan, akan tetapi bagi orang Batak yang berlandaskan poda (nasehat) dari Natuatua (orang tua) tanah rantau bukan menjadi persoalan yang sulit. 

Nasehat yang keluar dari perkataan orang tua bahkan keluarga adalah mutlak dan tidak boleh dibantah sebab dalam suku Batak terkenal istilah Poda ni Dainang (nasehat ibu) yang menjadi pedoman bagi seseorang untuk bertahan di tanah rantau. 

Banyak nasehat yang mengampu perjalanan seorang anak Batak di perantauan, akan tetapi satu hal yang selalu menjadi penekanan yakni komunikasi. Penyampaian nasehat mengenai komunikasi ini banyak jenisnya, contohnya seperti apa yang orang tua saya tekankan pada saya selaku anak Batak yang pergi merantau yakni :

1.Komunikasi dengan Tuhan

Orang tua mana yang tidak menekankan nasehat ini kepada anaknya yang akan pergi merantau? Ya, nasehat ini adalah lumrah karena selayaknya manusia lain seorang Ibu atau bahkan keluarga dalam masyarakat Batak pun pantang melewatkan nasehat yang satu ini. 

Berkomunikasi dengan Tuhan berarti selalu berinteraksi dengan Tuhan atau melibatkan Tuhan dalam segala aspek kehidupan. Sungguh keburukan bila kita sebagai manusia tidak terikat dengan Tuhan dimana pun dan kapan pun, bukan?

2.Komunikasi dengan Keluarga

Nasehat ini erat hubungannya dengan istilah bertukar kabar. Jauh dari keluarga mengharuskan seorang anak Batak sering memberi kabar melalui ragam media komunikasi supaya saling tahu kabar. 

Ada hal menarik dari nasehat ini; ketika seorang anak pergi merantau, orang tua Batak cenderung acuh terhadap hasil apa yang harus dibawa pulang, sebab pikirannya terfokus pada apakah anak tersebut akan kembali atau tidak. Tidak ada tuntutan untuk seorang anak menjadi sukses tetapi cukup menjadi seseorang yang ingat akan keluarganya. 

Selain daripada itu, keluarga adalah tonggak utama bagi setiap masyarakat Batak, yang mana selain keluarga memiliki peran penting dalam kehidupan pribadi, keluarga juga menjadi unsur penting dalam terealisasikannya adat istiadat. Dapat dikatakan bahwa bahkan untuk menjalankan adat istiadat pun, seorang Batak tidak bisa lepas dari keluarganya. 

Oleh karena itu, komunikasi dengan keluarga harus diutamakan dan dirawat terutama bagi seorang Batak yang pergi merantau. Jarak dan kesibukan pantang menjadi alasan bagi setiap masyarakat Batak untuk tidak melakukan komunikasi dengan keluarga.

3.Komunikasi dengan Teman

Nasehat yang satu ini sedikit lebih menarik dari nasehat lainnya karena jenis komunikasi yang ditetapkan mencakup lebih dari satu ruang lingkup komunikasi.. Ketika seorang anak Batak pergi merantau, hal pertama yang harus dicari adalah teman. Teman yang dimaksud adalah seseorang atau sekelompok yang memiliki latar belakang yang sama yakni berdarah Batak. 

Batak sangat peka dengan MARGA apalagi teman satu marga yang diyakini bersaudara atau memiliki garis keturunan yang sama dari Opung atau leluhur terdahulu sehingga hanya dengan beratasnamakan marga bahkan suku, masyarakat Batak mampu saling mengikat diri menjadi satu kesatuan dan merangkul satu sama lain khususnya di tanah rantau. 

Penggunaan marga sebagai alasan terjadinya komunikasi tersebut menjadi bukti nyata ruang lingkup komunikasi dalam konteks komunikasi tradisional sebab ada keterikatan tradisi di antara kedua belah pihak.

Terlepas dari teman dengan latar belakang yang sama, orang Batak pun dituntut harus mampu memiliki teman yang berbeda budaya dan tradisi. Memiliki teman dengan latar budaya yang berbeda akan sangat berguna bagi seorang perantau guna membantu beradaptasi di lingkungan rantau yang tentunya asing. 

Penerapan kebutuhan tersebut melibatkan ruang lingkup komunikasi dalam bentuk komunikasi sosial, komunikasi lingkungan, dan komunikasi antarbudaya. 

Meski penerapan tersebut mendapat tantangan berupa persepsi masyarakat luas mengenai suku Batak yang dikenal sebagai suku yang kasar terutama dalam berbicara, tidak menutup kemungkinan bagi seorang perantau Batak diterima dengan baik dalam masyarakat di tanah perantauan.

Dari ketiga nasehat kunci keberhasilan seorang Batak di tanah rantau tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya komunikasi memiliki peran tersendiri. 

Disadari atau tidak, setiap hal yang kita lakukan bahkan perlukan melibatkan aspek-aspek dalam komunikasi termasuk salah satunya adalah semua aspek komunikasi terjadi di dalam ruang lingkup komunikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun