Mohon tunggu...
Gloria Fransisca
Gloria Fransisca Mohon Tunggu... Jurnalis - Writer

My name is Gloria Fransisca Katharina Lawi, I was born in Jakarta. Experienced in media service especially as writer, journalist, researcher, public relation, and social media content for almost 10 years in KONTAN and Bisnis Indonesia. Currently, I am doing my new role as Content Caretaker of political platfom, MOSI.ID.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masyarakat Baduy Tolak Dana Desa, Kok Bisa?

15 Februari 2019   14:58 Diperbarui: 15 Februari 2019   15:35 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: travel.tribunnews.

Omongan-omongan pejabat publik soal penggunaan dana desa tahun lalu sebesar Rp2,1 miliar yang waw besar sekali, menurut Pemda terkait adalah untuk pagar pembatas wilayah tanah hak ulayat Baduy.

Selain itu juga dana desa digunakan untuk pembangunan selasar atau jalan dari Terminal Ciboleger menuju gerbang pintu kawasan masyarakat Baduy. Dana juga akan dialokasikan untuk pembangunan rumah singgah dan pembelian benang yang nantinya dibagikan kepada perajin tenun Baduy.

"Kami berharap dana pembangunan desa masyarakat Baduy dapat meningkatkan kesejahteraan mereka," kata si pejabat publik yang sama.

Ada beberapa missing link dari sejumlah artikel yang ada di Antaranews.

Pertama. Dana desa sebesar Rp2,1 miliar yang tahun lalu diberikan, itu sudah jadi apa saja? Bukankah perlu evaluasi penggunaan anggaran yang menamakan entitas "desa tertinggal itu?"

Kedua. Apa benar dia sudah digunakan untuk membangun pagar pembatas hak ulayat? Apakah memang masyarakat Baduy perlu pagar pembatas, mengingat mereka mewarisi filosofi hidup, "tidak perlu pintar karena nanti bisa memperdayakan orang lain." Rasanya kasus perebutan hak ulayat akan sangat minim terjadi.

Ketiga. Apakah benar dana sudah dialokasikan untuk pembangunan rumah singgah dan pembelian benang yang nantinya dibagikan kepada perajin tenun Baduy? Kalau konteks ini mungkin perlu dilakukan karena masyarakat Baduy Luar sudah mulai melepas diri dan tidak sepenuhnya terikat pada cara hidup Baduy Dalam. 

Saya pikir untuk usaha mereka seperti produksi gula aren dan tenun jelas butuh dana dan pengembangan. Hal itu jelas merupakan hak mereka juga sebagai bagian dari warga negara Indonesia untuk mendapatkannya.

Keempat. Apakah benar sudah ada jalan dari Terminal Ciboleger menuju gerbang pintu kawasan masyarakat Baduy? Nah yang mana ini sebenarnya bukan infrastruktur yang dibutuhkan masyarakat Baduy, tapi para wisatawan yang hanya ingin kepo dengan "keprimitifan Baduy".

Dari upaya mengkaji setiap paragraf dalam berita, membaca literatur dan menonton Watchdog, saya pun tersadarkan bahwa ada salah kaprah dari penulisan berita ini. Sejatinya, dana desa ini digunakan bukan untuk atau atas nama masyarakat Baduy, apalagi Baduy Dalam. 

Dana itu digunakan lebih tepatnya bagi Dinas Pariwisata Pemda setempat. Tujuannya memudahkan akses bagi pendatang mengunjungi Baduy. Itu akan menjadi pemasukan bagi Pemda, ya, dan saya tak naif bahwa Pemda jelas butuh pemasukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun