Mohon tunggu...
G L A U D I A
G L A U D I A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa yang ingin belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Eksistensi Budaya pada Film "KKN di Desa Penari"

16 Juni 2022   16:40 Diperbarui: 16 Juni 2022   16:50 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bulan April tahun 2022 adalah bulan yang cukup ditunggu-tunggu oleh pencinta film horor di Indonesia, karena Film KKN di Desa Penari yang di gadang-gadang berangkat dari kisah nyata di jadwalkan tayang di bioskop pada tanggal 30 April 2022 kemaren. Antusiasme penonton yang sangat tinggi mengakibatkan antrian panjang di bioskop, bukan tidak ada sebab melainkan cerita KKN ini pernah sangat viral di platform Twitter pada tahun 2020 dan penayangan nya diundur hingga 2 tahun akhibat dari pandemi yang belum tau kapan akan usai.

Cerita KKN ini menyuguhkan begitu banyak visualisasi yang berlatar belakang pada kebudayaan suatu daerah. Digambarkan sebagai desa terpencil di tengah hutan dengan tradisi dan adat istiadat yang kental, sudah menunjukkan betapa teguhnya masyarakat desa tersebut menjaga kebudayaan.

Bukan sebuah budaya biasa, namun budaya di desa tersebut di bumbui dengan eksistensi makhluk halus yang diceritakan sebagai penjaga di desa tersebut, maka dari itu sebagai upaya untuk melindungi desa dari marabahaya masyarakat selalu melakukan hal-hal yang berbau magis untuk  menyenangkan hati makhluk halus penghuni desa, salah satunya dengan menumbalkan anak gadis, serta menyelenggarakan pertunjukan tari yang di suguhkan oleh penari, dan penari ini di kenal dengan sebutan Dawuh.

Tetapi dalam cerita KKN di desa Penari praktik untuk mengadakan pertunjukan sudah ditinggalkan oleh masyarakat, sehingga hanya tersisa sebuah bangunan seperti pendopo lengkap dengan alat musik  yang keberadaannya tidak boleh di jamah oleh anak-anak KKN. Namun karena hasutan oleh jin dan bakaran nafsu, 2 dari 6 mahasiswa yang melakukan KKN melakukan hal yang tidak senonoh di tempat yang dianggap suci (tapak tilas) maka mereka harus membayar ganjarannya, dan pada akhirnya mereka meninggal dunia.

Letak budaya pada cerita ini sangat penting, dimana adat istiadat sebagai budaya yang kental di daerah itu menjadi patokan bagi kehidupan masyarakat disana. Budaya yang ada juga di hormati sebagai bentuk menjaga kearifan lokal meskipun sedikit menyimpang dari ajaran agama.

Dari kisah ini bisa kita simpulkan bahwa adat istiadat hadir untuk kita hormati, meskipun terdapat ketidaksesuaian aturan dengan agama apa salahnya kita mencoba memahami aturan yang ada di suatu daerah. Terlebih mahasiswa KKN tersebut bukan berasal dari daerah itu, dan peribahasa yang sering kita dengar adalah dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung sehingga pesan yang dapat kita ambil adalah menghormati dan menaati apa yang memang sudah ada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun