Mohon tunggu...
Gabriella Kevias
Gabriella Kevias Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas Brawijaya Fisika Murni

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Intoleransi Beragama di Indonesia

29 November 2021   00:09 Diperbarui: 29 November 2021   00:15 4371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keberagaman yang ada di Indonesia menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki oleh negara Indonesia. Kekayaan ini meliputi keberagaman ras, suku, budaya, agama, kepercayaan, dan bahasa. Walaupun keberagaman tersebut dapat menjadi sebuah potensi, tetapi hal tersebut menjadi sesuatu yang mengancam persatuan bangsa Indonesia. Salah satu contoh yang dimaksud mengancam persatuan Indonesia adalah intoleransi beragama. 

Sudah hampir memasuki tahun 2022, kasus intoleransi di Indonesia masih saja banyak bermunculan baik di siaran televisi maupun melalui surat kabar. Tidak hanya dilakukan oleh individu, tidak jarang juga tindakan intoleransi ini dilakukan secara kelompok hingga ormas keagamaan. Mengingat Indonesia terdiri dari beragam macam ras, suku, budaya, agama, kepercayaan, dan bahasa, tentu ada motif dari suatu kelompok melakukan tindakan intoleransi. Dalam bahasan kali ini yaitu intoleransi beragama. 

Menurut KBBI, intoleransi merupakan ketidakadaannya tenggang rasa. Yang dimana berarti tindakan ini diakibatkan karena seseorang tidak memiliki sikap tenggang rasa dan tidak toleran terhadap perbedaan agama yang ada. Tertera secara jelas pada Pasal 28E ayat (1) UUD 1945 dimana dinyatakan bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah sesuai dengan agamaya. 

Bahkan, pada UUD 1945 Pasal 29 dikatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Pada kenyataannya, terlihat bahwa terdapat perbedaan yang sangat kontras dimana masih banyak dijumpai kasus intoleransi.

Negara Indonesia memiliki enam agama yang secara resmi diakui dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Dengan adanya ketidakseimbangan jumlah pemeluk agama di Indonesia ini, menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik agama. 

Dilansir dari BBC News Indonesia, berdasarkan hasil riset Lembga Survei Indonesia (LSI) terdapat lebih dari 50% umat Muslim di Indonesia menyatakan keberatan apabila warga non-Muslim membangun rumah ibadah di sekitar mereka. Selain itu, selama sepuluh tahun terakhir terdapat lebih dari 200 gereja ditolak oleh warga. 

Dilansir pada ITS News, tidak hanya dalam bentuk penolakan, gangguan saat beribadah juga diterima oleh jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Kota Serang Baru pada 13 September, jemaat Gereja Pantekosta Bogor pada 20 September, dan umat Kristen di Desa Ngastemi pada 21 September. Kasus yang belum lama ini ramai diberitakan yaitu surat edaran dari Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang mewajibkan seluruh siswa SMA/SMK membaca buku karya Felix Siauw Muhammad Al-Fatih 1453.

Tentu saja tindakan intoleransi ini dapat  dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti internal dan eksternal. Umumnya, tindakan intoleransi dikarenakan adanya perbedaan kepentingan dan tujuan. Maka dari itu. kasus -- kasus intoleransi yang telah terjadi di Indonesia sudah sepatutnya menjadi perhatian baik bagi masyarakat dan pemerintah. Konflik antar agama dapat berupa konflik antar agama atau konflik antar aliran tertentu dalam suatu agama. 

Tentu tidak mudah bagi masyarakat Indonesia untuk mempertahankan kebhinekaan. Salah satu konflik yang sering terjadi di Indonesia adalah konflik antar umat beragama. Konflik antaragama tersebut dapat berupa konflik antaragama atau konflik antar sekte tertentu dalam satu agama. Kehidupan beragama di Indonesia juga mencakup berbagai agama lokal atau kepercayaan tertentu. 

Persoalan tentang kebebasan beragama dan intoleransi masih belum terselesaikan, sehingga perlu ada tindakan tegas dari pemerintah dan kesadaran yang besar dari masyarakat. Dalam membangun toleransi umat beragama di Indonesia tentu saja mempunyai banyak sekali tantangan dalam mewujudkannya. Seolah-olah pemerintah menutup mata dan lamban dalam memutuskan untuk menyikapi perilaku intoleransi beragama yang semakin marak di Indonesia (Muharam, 2020).

Pasca Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta tahun 2017 dilanjutkan Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2019 tersebar info kepercayaan menggunakan politik yang menciptakan rakyat Indonesia hampir terseret ke dalam permasalahan kepercayaan. Sebelumnya, berdasarkan survei yang oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) dalam tahun 2010 masalah intoleransi pada Indonesia cenderung menurun tetapi pada tahun 2017 intoleransi religious-cultural cenderung menaik terutama pada hal pembangunan tempat ibadah. Tak hanya itu semakin kencang perilaku intoleransi kepercayaan yang berkaitan erat dengan politik menyebabkan rakyat Indonesia hampir terpecah-belah. Perlu ditekankan pada masyarakyat bahwa perilaku toleransi perlu dijaga agar rasa persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun