Mohon tunggu...
Given Nice
Given Nice Mohon Tunggu... Lainnya - 190906932

Hallo teman-teman, perkenalkan saya mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pasca Konflik Tahun 1999, Ambon Sudah Damai?

30 September 2020   19:02 Diperbarui: 30 September 2020   20:04 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
timesindonesia.co.id

Kota Ambon merupakan ibukota provinsi Maluku yang terletak di bagian timur Indonesia. sejarah kelam yang pernah terjadi di Maluku konflik antar kelompok agama Islam, dan kelompok agama kristen. 

Kerusuhan beberapa tahun silam di Maluku, membawah duka dan tanggisan bagi masyarakat Maluku yang saat itu merasakan dampak dari perang antar saudara. 

“Ambon Manise” merupakan sebuah julukan bagi orang-orang di Ambon, yang dikenal manise. Kemudian sebutan itu berubah menjadi “Ambon Pahite” (Liputan6.com). Sejumlah sejarawan dalam dan luar negeri memberikan tanggapan mereka terkait kerusuhan tahun 1999 di Ambon, sebagai konflik antar umat beragama yang paling terbesar dan terparah dalam sejarah politik di Indonesia.

Akibat yang di timbulkan dari kerusuhan 1999, banyak memakan korban yang meninggal baik dari kelompok muslim maupun kelompok kristen bukan itu saja kerugian akibat hancurnya gedung dan fasilitas publik seperti, sekolah, rumah sakit, kampus, kantor, pasar dsb. 

Bisa dibayangkan berapa banyak orang yang kehilangan saudara, keluarga bahkan harta benda mereka. Walaupun konflik di tahun 1999 telah berlalu, masih membawah trauma, sedih dan kehilangan bagi semua masyarakat Maluku. 

Bayangan takut masih dihantui kelompok kristen, ketika ingin berpergian ke wilayah muslim mereka masih trauma begitu juga dengan kelompok muslim. Ketakutan itu juga terlihat pada masyarakat setempat yang masih memetahkan lokasi tempat tinggal untuk kelompok muslim dan kelompok kristen tidak tinggal satu wilayah.

Hal tersebut yang membuat interaksi yang terjalin hanya sebatas wilayah, dan komunitas agama dari pada bergabung dengan komunitas agama lain. 

Proses untuk Ambon bangkit dan keluar dari kerusuhan antar umat beragama, memakan waktu yang cukup lama dan tidak mudah untuk menghilangkan trauma di masyarakat. Bukan saja untuk masyarakat di Maluku dan kota Ambon tetapi bagi semua masyarakat di Indonesia dan luar negara Indonesia yang masih memberikan persepsi mereka terhadap Maluku, secara khusus kota Ambon yang masih belum aman untuk di kunjungi ini merupakan persepsi selektif yang di pelajari.

Konflik agama yang terjadi di Maluku menyita perhatian masyarakat Indonesia yang memberikan penilaian buruk kepada masyarakat  yang identik dengan kekerasan, kriminal dsb kepercayaan terbentuk karena ingatan pada konflik agama di Maluku tahun 1999. Kredibilitas terbentuk dari variasi budaya setelah konflik sosial di Maluku.

Namun ternyata seiring berjalannya waktu Maluku secara khusus kota Ambon menunjukkan proses perubahan untuk bangkit dan keluar dari kisah piluh itu walau belum sembuh total dari rasa takut dan trauma, pelan tapi pasti Ambon bangkit dan menunjukkan pada dunia bahwa masyarakatnya telah sadar dan mau hidup kondusif seperti sedia kala.

Pasca konflik antar umat beragama berlalu di buatlah monumen gong perdamaian dunia di kota Ambon dan monumen perdamaian yang 35 di dunia. Bukti dibangun gong perdamaian di Ambon untuk menunjukkan bahwa ambon sudah berdamai dan itu benar-benar terjadi bukan sebuah cerita bohong. Karena dari gong perdamaian tergambar masyarakat di Maluku, kota Ambon menjunjung tinggi persaudaraan (dahlia, 2014). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun