Mohon tunggu...
Gisele NefertariLove
Gisele NefertariLove Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dampak Buruk Mengajak Buah Hati Menyaksikan Proses Pemotongan Hewan Kurban

11 Juni 2022   11:37 Diperbarui: 11 Juni 2022   11:51 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tidak berselang lama setelah merayakan hari kemenangan atau Hari Raya Idulfitri, umat muslim di seluruh belahan dunia akan menyambut datangnya Hari Raya Iduladha. Hari Raya yang juga dikenal dengan Hari Raya Kurban ini jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah setiap tahunnya. Perayaan Iduladha sangat identik dengan menyembelih hewan kurban. Menyembelih hewan Kurban pada Hari Raya Iduladha termasuk dalam hukum sunah muakkad, yaitu sunah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW.

 Selain itu, melakukan Kurban juga memiliki banyak manfaat seperti menambah rasa syukur dan cinta kepada Allah SWT, meningkatkan ketakwaan, dan masih banyak amalan yang tidak luar biasa hebatnya. Tidak heran, umat muslim sangat antusias dan menantikan berbagai euphoria dan suka cita dalam pemotongan hewan kurban setiap tahunnya. 

Oleh karena itu, banyak dijumpai orang tua yang mengajak anaknya untuk ikut merasakan euphoria perayaan Iduladha dengan menyaksikan proses pemotongan hewan kurban. Meski demikian, tidak sedikit pula orang tua yang enggan mengajak anaknya, terurama bila memiliki anak yang masih balita. Alasannya, tidak ingin anaknya mengalami takut ataupun trauma setelah melihat hewan kurban tersebut disembelih. Lantas, sebenarnya bolehkan anak-anak melihat proses penyembelihan hewan kurban?

Beberapa psikolog memiliki pendapat mengenai hal ini. Dilansir dari beberapa artikel, psikolog Ikhsan Bella Persada menuturkan bahwa sebenarnya tidak ada yang salah dengan mengajak anak untuk melihat proses pemotongan hewan kurban. Namun, orang tua hendaknya menyesuaikan dan menelaah lebih dulu kondisi anak nantinya setelah melihat pemotongan hewan kurban. "Sebaiknya anak di bawah umur, tidak diajak dulu untuk melihat proses pemotongan hewan kurban. 

Hal ini dikarenakan proses pemotongan hewan bisa menimbulkan persepsi yang salah pada anak. Misalnya, anak jadi berpikir 'Kok, jahat, ya, memotong hewan?' atau 'Memangnya menyakiti hewan itu diperbolehkan, ya?'," ujar Ikhsan. "Pemotongan hewan (saat Iduladha) itu juga, kan, eksplisit, ya. Karena terlihat proses saat hewan kurban tersebut dipotong lehernya, dikuliti, dan terlihat darah yang berceceran dimana-mana. Hal ini dapat membuat anak-anak merasa takut. Sehingga, orang tua diharapkan tidak memaksa anak untuk melihat proses pemotongan hewan kurban ini karena dapat berbahaya bagi kesehatan mentalnya," tambah Ikhsan.

Ikhsan juga menambahkan bahwa kembali lagi apabila sang anak memang ingin menyaksikan dan merasa siap secara mental untuk melihat proses pemotongan hewan kurban, tidak masalah untuk mengajak sang anak untuk menyaksikannya. Ikhsan sendiri menyarankan agar anak yang diajak menyaksikan pemotongan hewan kurban ialah anak yang sudah berusia 11 tahun ke atas. Beliau berpendapat bahwa, pada usia 11 tahun ke atas, anak sudah memiliki mental yang kuat dan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Pakar pendidikan, Doni Koesoema, menuturkan pendapat yang kurang lebih sama. Beliau mengutarakan bahwa anak yang masih di bawah umur 10 tahun sebaiknya tidak diajak untuk menyaksikan proses pemotongan hewan kurban. "Anak-anak bisa trauma. Lebih baik diajak melihat saat hewan kurban masih hidup saja", ujar Doni. 

Menurutnya, orang tua dapat mengajak anaknya saat sudah duduk di bangku SMP karena secara psikis mereka sudah lebih siap. Doni menyarakan kepada para orang tua kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk mengajak anak berpartisipasi dalam perayaan Hari Raya Iduladha dengan menjalankan Shalat Ied ataupun membantu menyalurkan hasil dari pemotongan hewan kurban tersebut.

Vera Itabiliana, psikolog anak dan remaja, juga memiliki pendapat yang hampir sama dengan yang sudah dipaparkan sebelumnya di atas. Vera mengatakan, sebaiknya orang tua tidak mengajak anak di bawah usia 7 tahun untuk melihat proses penyembelihan hewan kurban. Adegan penyembelihan hewan bisa dikatakan sesuatu yang menyeramkan bagi anak. Namun, Vera mengatakan bahwa orang tua lah yang paling dapat mengukur kesiapan anak dan menilai karakter anaknya karena setiap anak merupakan pribadi yang unik dan berbeda-beda.

Beberapa pakar psikologi lain juga menuturkan kekhawatiranya terhadap psikologis anak-anak yang menyaksikan proses pemotongan hewan kurban. Para psikolog khawatir nantinya akan timbul rasa takut yang berlebihan (phobia). Umumnya dunia balita adalah dunia fabel. Mereka sayang dengan dunia binatang. Oleh karena itu, timbulnya salah persepsi dan membuat anak berpikir bahwa pemotongan hewan kurban adalah suatu hal yang buruk karena 'menyakiti' hewan tersebut sangat besar kemungkinannya. Tentunya, hal ini akan memunculkan rasa takut ataupun trauma pada anak tersebut.

Untuk itu, ada beberapa hal-hal penting yang dapat dipertimbangkan oleh para orang tua sebelum mengajak sang anak menyaksikan hewan kurban seperti memperkenalkan lebih dulu apa konsep sebenarnya dari Hari Raya Iduladha dengan bahasa yang sederhana, menjelaskan sejarah dibalik dilakukannya pemotongan hewan kurban, tujuan, serta makna indah dibaliknya. Selain itu, memahami ketakutan dan kesiapan dari anak, serta yang paling penting menanyakan langsung kepada anak, apakah mereka ingin melihat pemotongan hewan kurban?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun