Mohon tunggu...
Giri Luka
Giri Luka Mohon Tunggu... Buruh - Kadang merasa lelah, tapi harus tetap berjalan

Rimbo Bujang: Awal Semua Perjalanan...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mari Menebak Tema Reuni 212

2 Desember 2018   21:57 Diperbarui: 3 Desember 2018   00:01 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Massa Reuni 212 di Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Minggu (2/12/2018). Foto: kompas.com

SEORANG teman menulis di kolom yang biasanya berisi pertanyaan "Apa yang Anda pikirkan?"  di media sosial: Tidur di masjid Istiqlal dan salat di monas sah saja. Namun jangan sampai spirit persatuan umat Islam ditunggangi kepentingan politik.

Hanya dia yang tahu apa maksudnya. Tapi, semua yang membaca kalimat itu boleh memiliki tafsir sendiri. Apakah berkaitan dengan aksi Reuni 212?

Mungkin, ya. Sangat mudah mengaitkannya. Dia menulis kalimat itu pada 2 Desember 2018, di tanggal dilaksanakannya Reuni 212 yang berlangsung di Monumen Nasional (Monas), Jakarta. Dan, yang bereuni adalah umat Islam.

Semua orang pasti masih ingat ihwal kenapa pada akhirnya ada begitu banyak orang bereuni di Monas dalam dua tahun terakhir, setiap 2 Desember.

Tapi, tulisan ini tidak akan membahas itu, melainkan tentang dua kata "kepentingan politik" seperti yang ditulis seorang teman. Apakah Reuni 2012 ditunggangi kepentingan politik?

Barangkali ada yang membantah, tapi gerakan itu dari awal memang memiliki tujuan politik. Tak lagi ditunggangi. Toh, tak ada larangan Islam berpolitik, bukan?

Sebenarnya, pada satu kesempatan sebelum 2 Desember tahun ini, calon presiden dari pasangan nomor urut 02, Sandiaga Uno, meminta aksi Reuni 212 tidak menjadi event politik tetapi untuk mendoakan bangsa agar lebih baik. Sandi pun memilih tidak menghadiri acara itu dan malah terbang ke Yogyakarta untuk beberapa agenda.

Harapan Sandi tidak berbuah kenyataan. Isu politik tetap kental, apalagi acara dihadiri Prabowo Subianto, pasangannya. Bukan hanya Prabowo, beberapa tokoh yang datang juga sudah jelas berada di pihaknya. Sah saja. Maka semua terpampang secara gamblang, Reuni 212-2018 adalah satu di antara usaha memenangkan Prabowo di pertarungan nanti. 

Mengenai hal ini, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD, tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang salah. Bahkan dia sudah memberi label Reuni 212 itu lebih merupakan aksi bernuansa politik, bukan keagamaan.  Bahkan dia mempersilakan kalau kelompok sebelah melakukan hal serupa.

Apapun itu, Reuni 212 patut mendapat apresiasi. Apalagi pelaksanaannya berjalan lancar dan damai. Kalau tidak lancar dan damai, justru dipertanyakan. Bahkan, roda perekonomian juga berjalan lebih baik. Penumpang kereta lebih banyak, begitu juga dengan pesawat dan moda transportasi lainnya. Pedagang-pedagang juga meraup keuntungan lebih banyak karena ramainya pembeli.

Pertanyaannya kemudian, apakah Reuni 212 pada 2019 akan tetap seheboh dalam dua momen sebelumnya seandainya Prabowo yang berpasangan dengan Sandiaga menjadi pemenang Pemilihan Presiden 2019 pada 17 April nanti? Mungkin saja.

Tapi, kemungkinan besar akan berubah tema dan isi orasi para tokoh yang memegang pelantang. Sebab, rasanya mustahil para alumni 212 menelanjangi pemerintahan Prabowo dalam artian negatif seperti yang dilakukan saat ini. Karena jelas, afiliasi mereka ke mana.

Kalaupun Prabowo kalah lagi, juga patut ditunggu apa yang akan didengungkan. Bisa saja tetap mengevaluasi pemerintahan Joko Widodo. Karena pasti, mereka tetap bertindak sebagai oposan jika Jokowi yang memenangkan pertarungan nanti.

Maka, kita tunggu saja 365 hari lagi. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun