Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Yang Tersembunyi dalam Kasus Fadli Zon dan Vaksin Palsu

29 Juni 2016   11:48 Diperbarui: 29 Juni 2016   12:03 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hand Drawn Sketch - ilustrasi: etsy.com

Ada yang luar biasa di penghujung bulan Ramadhan ini. Saat iklim di bulan puasa dilanda panas dingin, demikian pun isu populer. Yang masih bergulir bak bola salju, kasus vaksin palsu. Dag dig dug hati orangtua macam saya perihal prasangka apakah vaksin yang diberikan ke anak saya palsu atau tidak. Para petinggi yang mengawasi dan menggawangi kesehatan negri ini mencoba menenangkan publik. Publik bukan tidak percaya. Namun jika menyangkut nyawa anak, orangtua lebih pilih nyawanya ditukar jikalau bisa. 

Beberapa hari lalu jua, isu tidak mengenakan hati kembali muncul. Amtenar negri ini yang kebetulan Wakil Ketua DPR, Fadli Zon (FZ) berkalang masalah. Putrinya yang hendak beraktifitas di New York perlu kawalan. Staff KJRI diminta mendampingi putri FZ. Ia khawatir akan keadaan putrinya yang berusia 18 tahun. Apalagi arrival pesawat putrinya adalah pukul 2 dini hari (WIB). FZ sebagai orangtua tentu wajar cemas akan keadaan putrinya. Orangtua mana yang tidak khawatir jika anaknya bepergian jauh tanpa didampingi orang yang dipercaya atau dikenal. FZ meminta maaf atas perilakunya. Uang bensin pun diberikan ke staff KJRI sebagai uang lelah. Publik malah gusar dengan perilaku semacam ini dari para amtenar negri ini. 

Simbolisasi kekhawatiran dari kedua isu ini begitu implisit. Namun ia juga begitu manusiawi. Baik kasus vaksin dan nyelenehnya FZ semua menyoal kekhawatiran orangtua terkait anak. Jika vaksin palsu dibuat orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Maka kasus putri FZ dilakukan orang yang diberi tanggung jawab. Dalam kasus vaksin, objek penderita adalah orangtua. Sedang dalam kasus FZ, objek penderitanya adalah FZ sebagai subjeknya sendiri. Kedua kasus ini begitu humanis. Semuanya menyangkut nyawa penerus negri ini. Walau media pasti terus mengorek fakta dan koreng yang ada.

Tidak ada yang bisa menjamin anak saya, anak anda atau putri FZ bisa memberi yang terbaik untuk negri ini. Namun orangtua mana yang tidak ingin anaknya bersinar untuk negri ini. Terus menjaga, mendidik dan menjamin kesehatan anak menjadi prioritas hidup orangtua. Tidak lupa berdoa anak-anak kita nanti berbuat sama atau bahkan lebih baik untuk cucu-cucu kita nanti. Kasus vaksin dan putri FZ ini menjadi cerminan manusiawinya orangtua. Terlepas dari perilaku cacat dan tidak terpuji atas kasus-kasus ini. Orangtua mana yang ingin anaknya diciderai, dillukai atau dirisak orang tidak bertanggung jawab. 

Orangtua akan selalu menjadi penjaga malaikat kecilnya. Anak-anak adalah jiwa raga yang terpisah dari orangtua. Namun mereka adalah satu dalam jiwa dan batin orangtua. Cara apapun dan dengan jalan apapun, orangtua ingin agar anak bisa bahagia. Orangtua memberi vaksin guna menjaga kesehatan anak. Orangtua memberi pengawalan demi keselamatan anak yang bepergian jauh. Secara implisit dan humanis, sebenarnya dua kasus ini terkait rasa cinta orangtua pada anaknya. Namun atribut FZ dan perilaku kriminal pemalsu vaksin yang menjadi highlight media. 

Saya sebagai orangtua mencoba melihat saja sisi yang mungkin tertutupi terang benderangnya media.

Salam,

Solo, 29 Juni 2016

11:48 am

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun