Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Saya Merindu Kantin

23 Maret 2016   10:12 Diperbarui: 23 Maret 2016   18:13 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Canteen - foto: guardian-series.co.uk"][/caption]Kantin, sebuah tempat yang menjadi lokasi berkumpul. Sambil menikmati hidangan, obrol sana-sini bersama teman mengalir begitu saja. Mulai dari masalah sekitar sampai isu-isu pribadi biasanya akan keluar. Entah kenapa, saat makan menjadi momen tiap individu ngudo roso atau curhat. Baik curhat yang mencoba mencari solusi untuk masalah. Sampai curhat 'gosip' kerap terjadi saat di kantin. Apalagi makan siang bersama sabahat dekat. Ngobrol sambil makan di kantin menjadi momen tanpa tepi waktu. Tahu-tahu waktu istrirahat selesai. Saatnya kembali ke kelas. Itu yang terjadi saat saya sekolah dulu, saat SMP dan SMA.

Makan bersama di kantin dan di warung berbeda buat saya. Walau mungkin di kantin juga berderet warung-warung makanan, ada rasa yang berbeda. Kantin seolah menjadi ruang pribadi yang dimiliki bersama. Entah kantin sekolah atau kantin di tempat kerja, ada rasa memiliki kantin. Berbeda dengan warung. Warung dimiliki si empunya warung dan banyak orang. Makan tidak boleh berlama-lama. Bisa-bisa dipelototi pemilik warung. Atau didehemi pelanggan yang tidak kebagian meja untuk makan. Sedang di kantin, semua berbaur. Ada tempat meja atau tidak, semua tumplek blek saja.

Di kantin berbeda dengan di warung. Di kantin semua orang sudah saling kenal. Mulai dari penjual nasi-sayur sampai teman yang sering duduk di pojok kantin, kita bisa tahu. Ada celotehen lucu dari geng si anu tepat di tengah kantin. Atau geng orang-orang pintar yang makannya banyak di dekat tukang mie ayam. Atau kumpulan para petinggi yang mejanya bersih dan inginnya dilayani ibu-ibu kantin. 

Berbeda dengan di warung. Walau kenal dekat dengan empunya warung, tapi suasana dan orang-orangnya berubah dari waktu ke waktu. Obrolan tidak bisa lepas mengalir saat ada pelanggan yang duduk disamping nampaknya menguping. Atau perokok disamping yang membuat saya harus banyak menahan nafas saat makan.

Suasana yang kiranya ada di tempat Anda sekolah atau bekerja. Entah mengapa saya merindu suasana ini. Sebuah suasana yang kiranya menjadi trah atau garis hidup manusia sosial. Makan bersama orang dekat menjadi sebuah insting homo hominis socius. Manusia adalah rekan untuk sesamanya kian diperkuat saat bersantap bersama. Bahkan manuskrip kuno banyak agama menceritakan santap bersama sebagai hikayatnya. Contohnya lukisan The Last Supper karya Leonardo da Vinci yang menggambarkan Yesus santap bersama 12 apostelnya. Atau hikayat Nabi Muhammad yang sering mengadakan makan bersama seusai mengadakan majlis.

Kantin pun menjadi penegas sisi sosial manusia abad ini. Dari sejak kecil, anak pun diajarkan untuk makan bersama teman di TK. Beranjak SD mereka makan bersama di kantin sekolah. Begitupun saat SMP dan SMA, kantin menjado pelipur hati sekaligus pengisi perut. Saat bekerja pun, instansi tempat kerja pun laiknya membuat kantin karyawan. Momen istirahat dari kerja menjadi saat yang dinanti. Baik untuk mengisi logistik untuk agar logika terus jalan. Atau ngudo roso bersama rekan kerja. Menjadi momen pelepas beratnya dan jenuhnya bekerja.

Sayang seribu sayang, momen kebersamaan ini tidak lagi saya rasa. Kantin bersama untuk rekan kerja menjadi tempat yang kiranya hanya tergambar di angan. 

Salam,

Solo, 23 Maret 2016

10:12 am

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun