Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Rusuh Jadinya, Penonton Kelas Konser Gratisan Mau Masuk Konser Mahal

17 November 2013   00:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:04 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: fineartamerica.com

[caption id="" align="aligncenter" width="378" caption="(ilustrasi: fineartamerica.com"][/caption] Rusuh dan merusak. Inilah potret para penonton konser gratisan jika mau masuk konser yang harus bayar Rp. 200rb. Penonton yang biasa lihat konser gratisan di alun-alun atau Korem menyamakan sifat konser. Semua konser ya konser. Yang penting ada band yang dikagumi, pokoknya harus nonton. Nekat dan bodoh. Pastinya akan terlontar dari fikir kita semua. Penggemar grup band rock Slank yang kerap disebut Slankers memaksa masuk ke dalam area Jakarta Blues Festival 2013 yang digelar di Istora Senayan, Jakarta. Slank sendiri tampil di Blues Stage yang berada di dalam Istora Senayan pada pukul 23.00. Sekitar pukul 21.30, Slankers yang belum memiliki tiket Jakblues 2013 memaksa masuk ke bagian dalam area pertunjukan dengan cara mendorong pagar dan melempar botol serta batu ke dalam kawasan Istora. Aksi brutal mereka berhenti sebelum para petugas keamanan menembakkan gas air mata kepada sekitar 50-an Slankers. Beberapa Slankers mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam, namun banyak juga Slankers yang masih tetap memaksa masuk dengan cara memanjat pagar, meski akhirnya ditangkap oleh petugas keamanan dan polisi yang bertugas. (berita: metronews.com) Tidak salah memang jika pihak kepolisian dahulu melarang Slank konser. Melihat fenomena Slankers yang anarkis seperti ini nampak sekali ketidak-respect-an mereka terhadap band idola mereka. Rasa kagum dan nge-fans dengan model trabas dan pokoknya harus, mirip sekali sifat anak kecil. Anak kecil yang ngomel dan ngambek harus dibelikan balon. Cara apapun dilakukan, mulai dari merengek sampai guling-guling di tanah, demi mendapat balon. Bedanya, kalau anak kecil tidak merugikan orang lain, para Slankers ini merugikan banyak pihak. Selain Slank sendiri, pihak panitia dan penonton lain juga akan risih. Terutama mereka yang memang benar-benar mau nonton konser. Bukan karena Slank ada di Istora Senayan, tapi yang lain. Mental gratisan mau nonton pakai tiket seperti istilah bagai punguk merindukan rembulan. Mbo ya nanti saja nonton Slank-nya kalau ada yang gratis. Yang disponsori minuman jreng-jrengan atau kopi Luwak-luwakan itu lho. Sangat disayangkan Salam, Solo, 17 November 2013 12:00 am

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun