Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rindu Mawujud Cinta

2 Maret 2015   13:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:17 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: flickr.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="(ilustrasi: flickr.com)"][/caption] Kita sudah terbangun, tersadar dengan cinta yang kita rasakan. Ada frekuensi gemosi manis tercipta di antara jarak yang memisahkannya. Ada resiprokalitas rasa yang bersahutan di antara jarak yang memisahkan. Ruang dan waktu serasa tunduk dibawah perasaan melangit yang kita ciptakan. Ada kamu di aku. Ada aku di kamu. Semua merenda dan menyalin sedemikian utuh, bahkan langit pun kalah berwarna dari apa yang kita. Bahkan pelangi pun terdiam dengan warnanya yang kalah semburatnya dari rindu yang mewujud. Saat cinta mewujud dalam setiap kata yang terlintas dan terlisankan. Maka rindu adalah yang memberi mereka arti. Rindu adalah jarak antar kata yang tertuang dan terwujud. Ia memberi jarak antara kata  "Aku Cinta Kamu". Terselip dan kadang teracuhkan, rindulah yang memberi tiga kata ini maknanya. Ia ada namun tiada. Ia ada di antara jarak yang mencakrawala. Namun ia tiada saat aku dan kamu membuka mata. Rindu ada di antara jarak saat aku dan kamu menutup mata. Ada kamu saat aku menutup mata. Ada rindu saat aku membuka mata. Rindulah yang memberi alir dan alur kisah cinta yang pernah tercipta. Dalam tiap halaman, sungai-sungai spasi itu mengalir lembut di salin padan kata yang tercipta. Mereka yang membacanya tidak pernah sadar dan perduli. Jika alir jarak tidak rekat kata itu yang lebih indah dari jutaan kata yang tertulis. Jarak sepele inilah yang sejatinya memberi arti kisah dan cerita yang terjalin. Dimata mereka, cinta kita adalah kata. Yang kita rasa, cinta ini tak bukan adalah jarak antaranya yang tercipta. Wujud mawujud cinta, wujudlah dengan rindu. Ia bergerak begitu eklektis, sehingga hati yang berbunga hanyalah sekeping rasa yang tercipta. Karena dibalik rasa berbunga-bunga, ia berdiri di atas rasa sedih berpisah. Ia berada diatas keresahan untuk segera bertemu. Ia pun adalah tangis sunyi hati, 5 menit sebelum diri merebah dalam peraduan malam. Kesan hati berbuncah bunga-bunga pun, menjadi awal kesedihan hati di pagi hari. Berharap bisa melihat, menatap, mensyukuri, masih senyum itu yang selalu membuat rindu. Senyummu ada, namun membayang menjadi tiada. Salam, Bandung, 02 Maret 2015 06: 25 am

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun