[caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="(photo: solopos.com)"][/caption] Siapa sih yang tidak tahu acara Mata Najwa di salah satu stasiun televisi berita terkenal di Indonesia. Sebagai acara yang ditunggu dan dinanti setiap minggu, acar Mata Najwa memiliki aura telisik yang frontal namun sopan, kritis namun phlegmatis. Host cantik mempesona Mata Najwa, Najwa Shihab pun yang selalu investigatif dan cerdas menguliti tamu yang kontroversial atau menggelorakan inspirasi dari para tamu fenomenal, menjadi pelengkap sempurna acara Mata Najwa ini. Dan penonton pasti tidak akan beranjak atau mengganti channel TV sebelum mendengar puisi berima indah dan kritis di akhir acara Mata Najwa. Seperti menggambarkan keseluruhan isi acara dan simpulan yang cukup cerdas dirangkai ke dalam puisi yang indah dan cerdas. Bait demi bait serupa tajamnya kritik yang terlontar saat acara. Ataupun bait demi bait yang menggugah hati atas imaji sang inspirator yang hadir diwawancarai. Refleksi Lirik Lagu Lalu, teriring akhir puisi Najwa Shihab, melodi gitar dari band Rock, Creed dengan judul One Last Breath mengalun. Sedikit, saya telaah kenapa harus lagu One Last Breath dari Creed. Menilik sedikit, Creed atau dalam bahasa Indonesia Keyakinan, sendiri adalah band beraliran post-grunge yang mengusung faham Christianity dalam liriknya. Lagu-lagu yang tercipta sendiri merupakan pengaruh ayah angkat Scot Stapp yang merupakan seorang minister di gereja Pantecostal. Dan salah satu lagu yang menurut saya cukup religius adalah One Last Breath ini. Pada awal lagu ini, liriknya bercerita tentang sebuah keputuasaan. Sebuah alienasi dan keterpurukan. Sebuah gaya bercerita, dimana sisi manusia sendiri sebenarnya membutuhkan Tuhan disisinya. Semua kebenaran dan ideologi yan ada dan dianggap benar di dunia ini, hanya semakin menyesatkan. Dan ia pun berdoa.
Please come now I think I'm falling I'm holding on to all I think is safe It seems I found the road to nowhere And I'm trying to escape Kemudian, pada lirik berikutnya ada sebuah keinginan untuk bisa merasa bebas dari derita. Keinginan untuk segera terlepas dari belenggu dunia. Namun, yang terjadi semua kebenaran dan ideologi di dunia ini hanya menciptakan kegamangan fikir. Ingin berteriak, namun apa daya.
I yelled back when I heard thunder But I'm down to one last breath And with it let me say Dan, pada akhirnya semua keterpurukan harus selalu teriring doa dan keyakinan pada Tuhan. Bahwa Tuhan akan selalu bersamanya. Selalu mendampingi saat semua orang dan kebenaran dunia semakin menjauh. Dan saat memandang jauh ke dalam lembah nadir kenistaan, selalu ada doa yang selalu diyakini bahwa Tuhan akan selalu bersama.
Hold me now I'm six feet from the edge and I'm thinking That maybe six feet Ain't so far down
(lyric: lyricfreak.com)
[caption id="" align="aligncenter" width="495" caption="(ilustrasi: popyactually.blogspot.com)"]