Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kost-kostan dan Sekelumit Tips-tipsnya

15 Juli 2014   20:10 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:15 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi: nyunyu.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="420" caption="(ilustrasi: nyunyu.com)"][/caption] Tahun akademik perkulihan segera berganti. Mereka yang sudah lulus UN dan mendapat ijazah, segera berduyun menyambangi kampus. Baik kampus pilihan sendiri atau dipilihkan orangtua, mantan siswa ini akan segera menjadi mahasiswa. Mengantri registrasi dan membayar segala tetek bengek administrasi, sekitar bulan September nanti, mereka akan menyandang predikat mahasiswa. Banyak dari mereka yang datang dari luar kota, luar propinsi, bahkan beda pulau. Dan seperti sudah mahfum, mencari kost juga turut menjadi agenda ketika registrasi di kampus. Banyak yang mungkin tidak berfikir jauh, 'efek' kost-kostan. Baik orangtua maupun anaknya, kadang hanya memikirkan mahal atau tidak, dekat atau jauh, nyaman atau tidak nyaman. Dan memang ini menjadi patokan wajb. Namun ada sisi yang mendetail yang patut difahami dari ketiga aspek diatas. Baik aspek mahal atau tidak, dekat atau jauh, nyaman atau tidak nyamannya kost, memiliki detail yang harus difahami. Karena saya semasa kuliah 'meng-kostkan' diri, jadi tips berikut mungkin kurang bisa mewakili semua keingintahuan. Karena mengurai semua saran dan serba-serbi kost akan sangat banyak. Namun ada baiknya menjadi acuan jika ada yang hendak mencari kost dan memahami sekelumit serba-serbi tentang kost itu sendiri. 1. Mahal atau Tidak Kost, Bukan Relatif Tapi Faktual Di sekitar kampus saya, sudah banyak sekali bermunculan kost baru dan gress. Desain minimalis dan interior elegan kini menjadi penyokong harga sewa. Bahkan ada kost yang berani menawarkan fasilitas ekstra, seperti AC, Wifi dan TV set dalam setiap kamar. Sehingga harga sewa, baik bulanan atau tahunan, menjadi mahal. Mahasiwa dengan kocek yang tebal, mungkin oke-oke saja. Orangtua sudah ACC, dan aliran dana lancar, juga alasan mendukung. Namun bagaimana dengan yang dananya pas-pasan. Orangtua berfikir berulang-ulang dan mensurvei banyak kost. Harga menjadi dasar utama pilihan. Faktanya, semakin murah harga sewa kost, memang semakin apa adanya fasilitas yang ada. Kalau diistilahkan, what you pay, is what you get. Jika alasan sewa kost adalah utama, adalah sewajarnya nrimo atau mau menempati kost yang sesuai kocek. Kalau dibilang kostnya jelek, ya memang adanya demikian. Bisapun kumuh, karena duit sewa kost dengan berbanding lurus dengan maintenance alias perawatan. Ada beberapa yang anggap kost kumuh atau jelek adalah kost sementara. Buat yang masih mencari kost yang cocok, atau menunggu kamar kost yang dituju kosong. Maka stigma kost sementara untuk kost seperti ini pun terjadi. 2. Dekat Atau Jauh Kost, Tergantung Sarana Transportasi Umum rasanya jika mahasiswa memiliki motor. Namun jarang mahasiswa kost memiliki mobil. Ada pun yang pilih sepeda atau berjalan kaki. Itu pun mereka yang menempati kost cuma dekat kampus. Atau mereka yang memiliki akses angkutan kota yang memadai kampusnya. Dekat jika ditempuh dengan motor saya kira agak boros. Sehingga motor hanya menjadi moda membeli makan atau moda pulang kampung. Namun, namanya motor sendiri, mahasiswa pilih naik motor biarpun dekat jarak kostnya. Ini pun hak mereka. Buat yang memiliki mobil, biasanya kostnya jauh dan waktu tempuh yang cukup lama. Selain itu, kostnya pun biasanya besar dan memiliki lahan parkir. Sedang disekitar kampus, lahan parkir motor yang dominan. Jadi, haruskah meminta motor semasa kost? Tidak harus saya kira. Jika kostnya jauh dari kampus karena murah, maka perhatikan sarana angkutan umum yang tersedia. Jika naik sepeda cukup jauh. Maka mencari boncengan teman menjadi alternatif 'unggulan'. Singkirkan gengsi dan prestis saat minta tebengan. Dan saya kira tidak ada yang harus dipermasalahkan dalam berjalan kaki. Pulang dari kampus berjalan kaki 3-10 KM, masih wajar. Asal tetap asupan nutrisi yang baik dan fikiran yang fit. 3. Nyaman Atau Tidak Nyaman, Tergantung Pribadi Saya dulu tinggal di kost yang cukup kumuh. Sederhana dalam tata ruang dan cukup menunjang dalam segi fasilitas. Saya merasa nyaman walau teman-teman saya yang dianggap gento atau preman dulu. Yang menjadikan nyaman atau tidak nyaman kost, adalah pribadi. Pembawaan orang yang supel dan trendy juga tidak akan menjadikan dirinya nyaman. Walau semisal ia tinggal di kost mewah. Namun orang-orangnya cuek dan masa bodoh. Sesupel apapun pribadi seseorang, saya fikir akan tetap tidak nyaman. Sehingga nyaman dan tidak nyaman itu adalah adaptasi diri terhadap lingkungan. Supel di lingkungan cuek akan sangat berarti jika tahu kapan dan dimana ada teman yang minta tolong. Sok kenal dan sok dekat, malah akan semakin dijauhi teman-teman kost. Lebih baiknya, ada teman kuliah yang satu kost bersama, tapi beda kamar. Hal ini agar tetap menjadikan kita fokus kuliah. Dan juga mendorong diri untuk bisa membuat kompetisi sesama satu jurusan. Dan setidanya, ada teman yang menemani saat berangkat dan pulang dari kampus. Walau nanti di kost teman yang ada berasal dari beragam jurusan dan daerah, kenali namun jangan terlalu akrab. Jangan terlalu akrab maksudnya, jangan kita terlarut dalam pergaulan yang kita anggap mulai aneh. Hormati pilihan hidup mereka, dengan tetap tidak menyinggung mereka. Jadinya, hati kita akan serasa nyaman. Asal pembawaan diri dan cara beradaptasi kita baik. Setelah rasa nyaman nanti timbul, tinggal bersama-sama ciptakan rasa aman. Rasa aman tinggal dan meninggalkan kendaraan dan seisi kamar kost saat kuliah juga penting. Ataupun saat beristrahat kala kuliah libur atau sejenak pulang ke rumah. Keamanan timbul karena masing-masing teman kost memahami rasa nyaman tinggal bersama. Kemudian bahu membahu menyadari pentingnya kemananan bersama. Dan rasa aman ini akan terus ada dan saling dukung mendukung dengan rasa nyaman penghuni kost. Intinya, kost tetaplah rumah atau tempat atau kamar tinggal sementara. Jangan lupa untuk sebisa mungkin kembali ke rumah. Karena jika sudah terlalu lekat dengan kamar kost, malah jadi malas kuliah. Studi keteteran dan dijauhi teman karena sukanya tidur dan main game di kamar sendirian. Merasa benar-benar bebas hidup jauh dari orangtua kadang merajai diri. Semua hal dicoba, dari yang positif dan negatif. Lupa kuliah dan dijauhi teman sekelas. Kuliah lama bahkan mandeg. Walau kost dan kuliah sama-sama sementara. Namun dua hal ini yang menjadikan memorinya tidak terlupkan. Kadangpun, karena kuliah dan teman-teman di kost menjadi batu loncatan sukses masa datang. Semua kembali kepada pribadi. Tetap mawas diri dan fokus pada studi, itulah yang harus selalu diingat. Salam, Solo 15 Juli 2014 12:54 pm

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun