Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kasus SMA Hang Tuah: Anak Mantan Jendral Kebal Hukum?

8 November 2013   10:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:27 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(photo: doc merdeka.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="(photo: doc merdeka.com)"][/caption] Sampai hati pelaku dan orang tua pelaku penabrakan dan 'pelindasan' di SMA Hang Tuah. Belum ada kabar baik kalau keluarga pelaku penabrakan berkunjung atau menjenguk korban, malah mereka (keluarga pelaku) melaporkan balik SMA Hang Tuah. Semua demi mencari bargaining position agar pelaku, Anggara anak sang purnawirawan Polri. Atau malah mau menjadikan Anggara korban atau berdamai? "Sebaiknya perkara penabrakan massal harus diselesaikan di proses peradilan, biar hakim yang menilai, kalau seperti ini terlihat ada pengalihan sehingga ada bergaining position, karena bapaknya seorang jenderal polisi yang tahu dalam penanganan kasus," ujar komisioner Kompolnas Hamidah Abdurrahman, Jumat (8/11/2013). Menurutnya, latar belakang seorang jenderal polisi yang memahami suatu perkara tidak sulit mencari kelemahan pada celah hukum. "Sehingga kalau mencari celah dengan melakukan pelaporan balik sehingga tercipta bergaining position nantinya akan muncul permintaan damai," tuturnya. (berita: detik.com) Bahkan AKBP Marjuki, sang Kapolres Sidoarjo nampak 'lemah' dan cenderung mengamini apa perkataan sang pelaku, Anggara. Sehingga ada kesan kalau Anggara sendiri 'tidak sengaja' menabrak para siswa. Anggara berniat mengantarkan makanan untuk kekasihnya yang bersekolah di SMA Hang Tuah 2 pada hari Kamis (31/10) itu. Setibanya di lokasi, dia malah terlibat cekcok dengan seorang siswa lainnya berinisial A. Entah persoalan apa yang membuat mereka bertengkar. Anggara yang sudah berada di luar mobil memilih kembali masuk. Tapi A dan teman-temannya malah mendekati mobil Anggara dan menggebuki mobil. Anggara pun panik dan berusaha kabur. "Nah saat itu dia coba maju kan mobilnya tapi nabrak siswa, pas coba mundurin juga nabrak pelajar yang kerubuti mobilnya itu," terang Kapolres Sidoarjo, AKBP Marjuki. (berita: merdeka.com) Logikanya, kalau memang mobil Anggara dikerubuti siswa, sebagai seorang cowok harusnya turun dan menghadapi mereka yang mengerubungi mobilnya. Toh kalau terjadi ribut, pasti akan dilerai oleh Satpam yang menurut berita juga menegur Anggara karena masuk lewat pintu belakang. Sebenarnya, lanjut Marjuki, pihaknya sudah coba meminta pemeriksaan dilakukan hari Jumat. Tapi Anggara mengaku belum siap. "Jumat mau diperiksa belum bisa, masih syok, lalu Sabtu Minggu juga belum akhirnya Senin diperiksa. Namanya juga masih anak-anak emosinya juga masih labil," tambahnya Anak-anak bagaimana pak Kapolres. Lha wong udah sudah SMA kog masih disebut anak-anak? Sepertinya pak Kapolres menganggap Anggara seperti seorang anak yang perlu dimanja. Nampaknya Anggara keadaan sadar saat menabrak. Lagi pula ia sempat menancap gas dan kabur lewat pintu sekolah. Kalu memang syok dan panik, selayaknya mobil Anggara akan setidaknya menabrak sesuatu. Karena ia dalam keadaan panik. Dan nampaknya, semua kan berakhir damai. Damai sebisa-bisanya mereka 'merekayasa' hukum Indonesia yang impoten. Salam, Solo, 08 November 2013 10:05 am

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun