Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kasus Marshanda, Ironi Durhaka Gaya Baru

6 Agustus 2014   05:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:18 2925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto: nurullyyn.blogspot.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="232" caption="(foto: nurullyyn.blogspot.com)"][/caption] Inilah yang kiranya menjadi model durhaka gaya baru abad 21. Dimana seorang anak, Marshanda, akan memenjarakan ibunya sendiri, Rianti Sofyan. Dengan didampingi pengacara O.C Kaligis, Marshanda hendak memperkarakan 'pemasungan' sang ibunda. Anehnya, jika kita tahu dipasung berarti diikat dan didiamkan di satu tempat sepi. Maka, ibunda Marshanda diduga telah memasung di sebuah Rumah Sakit. Bayangkan, sebuah RS dijadikan tempat memasung. Bahkan di RSJ saja, tidak ada pasien yang dipasung. Hebatnya pula, kini Marshanda bebas dan akan menyeret ibundanya ke meja hijau. Hebat sekali Marshanda 'bebas' dari pasungan, di RS Abdi Waluyo Jakpus. Sebagai orang awam, lagi-lagi terbersit syak wasangka. Inilah cara Marshanda mendapat sorotan kamera dan kilatan flash foto. Ya, mencari sensasi demi menjaga 'kestabilan' popularitas. Serupa dengan artis yang kawin-cerai, tersandung kasus narkoba, selingkuh atau sensasi lainnya, Marshanda mencoba membuat publik memelototi dirinya. Dan dalam hal ini, seolah berhasil mencari perhatian dengan sensasi durhaka gaya baru. Mencoba memenjarakan sang ibunda. Entah apakah ini sudah 'diskenario' atau fakta yang 'di-lebaykan', kasus ini tentunya baru. Dan Marshanda berhasil membuat publik berfikir dan penasaran. Kalau lihat infotainment, mungkin pula ada orang melibatkan emosi. Jadilah Marshanda, pihak yang tersakiti dan patut dikasihani. Apapun itu, saya tetap berbaik sangka pula. Kalau drama ini dapat segera berakhir. Dan tidak usah sampai ke meja hijau. Cukup secara guyub keluarga dan kepala dingin. Tidak usah lagi sorotan media dan gunjingan infotainment. Cukup dituntaskan dalam intern keluarga. Itu saja. Orangtua Menebar Benih, Kini Menuai Badai Jika menengok sedikit perjalanan karir artis Marshanda, dunianya memang hectic. Dimulai dari syuting sinetron yang sempat booming pada jamannya, Bidadari. Bayangkan saja, harus shooting stripping pada masanya Marshanda bermain. Dan hebatnya, sinetron ini bisa waktu tayangnya dari tahun 2000-2005. Belum lagi iklan, photo-shooting, live event dll. Sejatinya, orangtua Marshanda telah membentuk Marshanda dari kecil menjadi pribadi televisi. Pribadi yang selalu harus tampil serupa lugunya peran dalam sinetron Bidadari. Anak yang selalu tersenyum dan ramah di depan para fans. Harus manut dan patuh menyesuaikan dialog skrip dan adegan. Marshanda adalah 'boneka' dari orangtuanya. Hidup dibawah sorotan media dan hingar-bingar dunia glamor, menjadikan Marshanda pribadi yang bukan pribadinya. Mana ada sih fans atau sutradara yang lihat Marshanda manyun dan ngambek. Orangtuanya lalu merajuk dan membujuk. Semua didalihkan pada klise ketenaran dan bakat Marshanda. Jauh dibalik itu, orangtua Marshanda mengeksploitasi putrinya sendiri. Marshanda adalah mesin ATM. Anda pun tahu, yang namanya mesin ATM pasti rapih, wangi, ber-AC dan selalu bersih. Segala eror dan kerusakan harus selalu diberesi segera. Begitupun yang kiranya dibenak orangtua Marshanda. Dan kini, ATM ini mulai ngadat. Sudah sulit keluar uangnya. Sudah menuntut balik. Dan, voaalaah.. Inilah Marshanda dengan pribadi yang rumit dan bisa disebut bipolar. Dahulu ia mengalami depresi dan teriak-teriak di depan kamera. Lalu disebarkan lewat Youtube. Kali lain, ia akan menikahi Ben Kasyafani. Lalu berhijab dengan semangat menggebu. Berhijab yang lahir karena ia bermimpi kiamat berhari-hari. Sempat pula jadi mentor dan motivartist (motivator and artist). Kini, ia menjelma menjadi pribadi yang lain lagi. Dianggap setengah 'gila' oleh ibunya sendiri. Lalu 'melarikan diri' dari yang katanya pasungan. Dan kini ingin menyeret ibundanya ke meja hijau. Bukan salah Marshanda ia seperti ini. Saya yakin, inilah yang orangtuanya tanam semenjak dulu. Lupa atau melupakan untuk mendidik dan menanamkan nilai. Sibuk dengan dunia keartisan dan uang yang selalu lancar mengalir. Kini, 'boneka' yang dulu lugu dan suka bernyanyi. Menjadi pribadi yang memberontak. Ada kok artis kecil yang benar-benar menjadi orang. Lihat saja Sherina atau Tasya Kamila. Tidak ada yang salah dengan mereka. Tidak ada sensasi berlebih dan negatif dari mereka. Saya yakin, inipun hasil dari didikan orangtua mereka. Tulisan terkait Marshanda, From Zero to Hero, to Divorce Salam, Solo, 05 Agustus 2014 10:12 pm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun