Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kaleidoskop Mahasiswa [Bagian #6]

26 Desember 2013   09:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:29 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="438" caption="(ilustrasi: 1cak.com)"][/caption] Dosen Di Mata Mahasiswa Mondar-mandir menunggu dosen datang menjadi ritual. Dosen telat itu sudah biasa. Dengan alasan ada saja mahasiswa yang telat, dosen merasa itu benar. Mahasiswa pun terdiam. Terdiam bukan karena mengiyakan dosen. Namun menghormati dosen sebagai guru segala guru. Mahasiswa memandang dosen adalah orang yang super hebat. Semua tuturan dan tindakannya adalah cerminan isi otak yang penuh teori dari text book yang sering mereka bawa. Dosen adalah guru diguru. Mungkin saking hebatnya dosen, ketika dosen meminta mahasiswa bertanya, mereka malah diam. Takut kalau nanti ia bertanya malah disalahkan. Takut diolo-olok teman sekelas. Takut nanti diberi nilai jelek oleh dosen. Takut. Pokoknya takut. Walau sejatinya, dari 100 menit mengajar satu kelas, dosen mana yang mau nyerocos terus. Dari 100 menit itu, idealnya 40-50 menit digunakan berdiskusi. Sesi tanya jawab. Mahasiswa mengerti itu. Tapi rupanya mahasiswa pilih pulang lebih awal. Walau ada mahasiswa yang rajin bertanya. Namun bisa ditebak pasti dia-dia lagi. Mahasiswa lebih memilih 'bertanya-tanya' dalam fikiran mereka daripada bertanya. Mereka lebih suka menerka dan menjawab sendiri Dan saat kaki mereka beranjak jauh dari kelas, pertanyaan itu menguap. Mahasiswa masih menganggap pertanyaannya kadang sepele. 'Ah, paling pak/bu dosen tahu banget jawaban dari pertanyaan saya. Diem aja lebih baik'. Andai saja dosen bisa membaca fikir itu, dosen akan senang dan terpacu lagi untuk belajar. Dosen pada awalnya, dimata mahasiswa adalah orang konservatif atawa kolot. Dalam bayang-bayang mahasiswa, dosen itu rapih dengan memakai kemeja dan celana panjang kain ke setiap kesempatan. Dosen itu adalah orang yang rapih dan berdandan necis. Dosen bak pemuka agama yang selalu santun dan sopan bertindak dan bertutur. Sayang, saat semester kian beranjak dan mata kuliah mulai menumpuk. Dosen yang mereka temui rupa-rupa perangai dan sifatnya. Dosen killer adalah unforgettable dosen saat kuliah. Kuliah dengan syarat yang njlimet adalah yang tidak terlupakan. Harus menggarap tugas dan mempresentasikannya tanpa harus membaca adalah mas paling deg-degan. Apalagi ada pertanyaan langsung dari dosen killer tadi. Duh, serasa jiwa melayang menjauh dari bumi. Dosen nyantai, adalah dosen yang jarang tugas dan kuliahnya sebentar. Yang penting menggarap tugas dan menyerahkannya tepat waktu. Nilai A atau B pada akhir semester bisa didapat. Dosen nyantai ini terkenal gampang nilainya. Mudah kuliahnya. Dan gaul serta ramah orangnya. Walau sering telat, bukan menjadi masalah buat mahasiswa. Toh, dari awal kuliah dosen itu sudah bilang kalau ia adalah dosen telatan. Dosen tuwir atau kolot adalah dosen yang biasa-biasa saja. Dosen ini memang tua dan umumnya sudah doktor atau professor. Semua isi buku diceritakan saat kuliah. Slide presentasi mereka isinya kalimat yang bejibun dan monoton. Dosen ini seperti sudah hapal isi slidenya. Ia bercerita panjang kali lebar kali tinggi. Duduk dan bercerita adalah gayanya. Ngantuk dan suntuk adalah yang dirasa mahasiswa. Nilainya sangat objektif dan rumit. Dapet nilai B saja sudah sangat luar biasa bersyukur. Dosen muda dan cerewet adalah dosen baru yang sangat idealis Setiap kuliahnya, si dosen muda selalu berlagak bak dosen yang sudah professor. Ia cenderung menjaga jarak dengan mahasiswa. Perawakannya yang muda dan imut, kadang disangka mahasiswa Sehingga dosen tipe ini memakai baju yang necis. Pokoknya pembeda dari mahasiswa pada umumnya. Namun kalau di luar kampus, dosen ini bak anak gaul dan supel. Dan rupa-rupa sertai perangai dosen ini dirasakan dan dinikmati oleh mahasiswa. Semua adalah bumbu penyedap saat kuliah, Mahasiswa belajar dan mampu mengadaptasi tutur dan tindak mengahadapi tiap tipe dosen. Mau tidak mau mereka harus belajar dan mengontrol diri. Semua demi mata kuliah yang disenangi dan nilai pada akhir semester. Tulisan saya terdahulu:

Salam, Solo 26 Desember 2013 09:30 am

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun