Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Horor Singkat Tercekat #49

18 Agustus 2016   20:13 Diperbarui: 18 Agustus 2016   20:18 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Necrophilia - foto: alemdotumulo.blogspot.com

Sudah sejak sore Nina mengurung diri di kamar. Setelah ia kesurupan di sekolah siang tadi dan tersadar, ia banyak diam sesampai di rumah. Mamahnya tahu masih ada yang tidak beres dengan Nina. Namun apa itu, ia tidak mengerti. "Nin..Nina, makan dulu keburu malem..." pinta mamahnya. Tak ada jawaban dari Nina. Ayahnya segera menghampiri Nina di kamar. Namun Nina tidak di kamar. "Nina tidak ada di kamar mah?" tanya ayahnya. "Lho tadi jam 4 pulang kok. Mamah liat sendiri Nina masuk kamar?". "Mamah yakin itu Nina?" tanya ayahnya. Mamahnya diam terhenyak.

- - o - -

Sudah 6 bulan sejak meninggalnya simbah rumah ini terasa hampa. Tawa dan canda simbah begitu berbekas. Kini semuanya telah hilang bersama simbah ke alam sana. Di dinding ruang tamu, foto simbah tergantung mengguratkan kenangan. Senyumnya di foto serupa saat simbah masih hidup. Semakin ku pandangi fotonya, makin rindu memenuhi hati ini ke simbah. Ah, hari sudah malam. Ku langkahkan kakiku kembali ke kamarku. Kembali ke tempat tidurku menemani dan memeluk simbah yang tertidur, selamanya.

- - o - -

"Vin, Vin kamu ga takut di kamar sendirian. Rumah barumu kan serem?" tanya Nuri penasaran. "Ah, biasa aja Vin. Kata orang aja rumah ini serem. Ku biasa aja disini." jawab Vina. Sudah sejak sore mereka berdua kerja kelompok di kamar Vina. Orangtua Vina pulang larut malam nanti. Ia mengajak Nuri menginap di rumahnya. Handphone Nuri berbunyi, ada yang pesan masuk. Nuri, kamu dimana? Sori ku terpaksa nyusul ke kantor ibuku tadi siang. Nginep dirumahku besok aja ya Nur :) <3... . Nuri tercekat. Jantungnya berdegup cepat. Yang ia rasa kini kamar Vina semakin gelap.

- - o - -

Hujan di luar semakin deras. Bimo dan istrinya segera beranjak ke tempat tidur. "Hujannya serem ya pah?" "Iya mah. Untung tadi pulang sore papah." Lampu tiba-tiba padam. "Yah, malah mati lampu pah?". Sunyi mulai menyeruak. "Pah.. Pah??" Istrinya mulai merasa heran. "Pah, kamu dimana?" Lamat-lamat pandangan sang istri mulai melihat dalam gelap. "Pah, ngapain berdiri di pintu. Cari korek sama lilin dong?" Kalut mulai mengisi fikiran sang istri. Sang suami malah berlari ke ruang tamu. Membuka pintu dan keluar rumah. "Pah, kamu mau kemana?" nampak ketakutan di raut wajahnya. "Mah..mah! Bangun mah!" tiba-tiba suara sang suami membangunkan. Bangun dari mimpi buruk, ia makin tersengal nafasnya. Karena ia tidur sendiri di kamar ini. Karena suaminya meninggal dunia 7 hari yang lalu.

Cerita lainnya: #48

Salam,

Wollongong 18 Agustus 2016

11:13 pm

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun