Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Aksi Nyata Kompasiana untuk Indonesia, Ubah Kompasiana.com Jadi Kompasiana.co.id

29 September 2014   07:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:07 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="" align="aligncenter" width="409" caption="(ilustrasi: budiputra.com)"][/caption] Sebagai media warga dalam mewadahi kemampuan jurnalisme warga, Kompasiana memang sudah menjadi besar. Pada usianya yang sudah lima tahun lebih, Kompasiana makin banyak dilirik media mainstream. Baik seebagai referensi berita maupun sumber suatu isu atau masalah. Masih ingat kasus artikel Sri Mulyono menyoal Anas dahulu. Atau masalah Beasiswa Dikti yang juga diangkat melalui Kompasiana. Semua menjadi bahan pergunjingan. Belum lagi para Kompasianer yang juga banyak figur publik yang mumpuni. Mulai dari Wapres terpilih Jusuf Kalla, sampai Prof. Yusril I.M ikut membuat akun Kompasiana. Dan banyak lagi ribuan akun yang mungkin ada yang berasal dari artis, politisi, mentri atau dengan latar belakang beragam. Dengan satu dan lain hal, menjaga privasi mereka dengan membuat akun samaran. Mungkin ada dari salah satu yang membaca artikel ini, adalah mentri atau anggota DPR. Semua mungkin terjadi di Kompasiana Sudah agak panas dingin saya melihat leletnya Kompasiana tercinta. Bukan saja dua-tiga hari ini. Beberapa bulan lalu juga demikian. Bahkan ada beberapa kesempatan yang juga membuat saya malas membuka. Terutama versi desktop. Yang kini tampil lebih berwara dengan banner recommended article. Semua agar artikel yang telah ada tetap 'hidup' hits-nya. Lebih baik memang. Dan menjelang Kompasianival merayakan harlah Kompasiana ke-6, saya ingin sumbang saran. Jika sanggup Kompasiana.com diubah menjadi Kompasiana.co.id. Kenapa? Pertama, ada kebanggaan tersendiri menyandang  domain [dot]id. Pengalaman saya yang dahulu bergabung Kaskus, mengubah domain .com menjadi .co.id memang tidak mudah. Sempat saya mandeg menulis thread di Kaskus. Selain lelet dan sering main tenis (maintenance), nyatanya Kaskus.co.id tidak malah gagal. Digawangi momod yang tegar, para Kaskuser menyambut baik ubahan domain ini. Selain menjadi sebuah cara mencintai negri sendiri. Menjadi alamat .co.id, juga menyiratkan bahwa domain negara ini tidak kalah dengan domain negara lain. Domain .id juga disebut Country Coded Top Level domain (ccTLD). Dimana .id berarti [dot]indonesia. Serupa ccTLD negara lain seperti Singapore dengan .sg, Malaysia dengan .my, atau Australia dengan .au. Sedang .co.id berarti kode company[dot]indonesia atau tujuan komersil. Domain .go.id untuk situs pemerintahan atau ac.id untuk situs-situs universitas di Indonesia. Dan domain ccTLD ini berbeda dengan Generic Top Level Domain (GTLD) atau dikenal dengan .com, .org, .net, .tv, dll. Dimana GTLD biasanya server domainnya berada di Amerika Serikat. Kedua, seiring berubah domain [dot]id server pun berubah. Masih kasus yang serupa dengan Kaskus. Ada desas-desus yang beredar bahwa ada down pada server [dot]us atau [dot]com Kaskus. Sehingga, saat me-restart atau me-maintenance server banyak data-data Kaskus yang raib. Sehingga, mengubah menjadi .co.id memang tidak mudah. Namun bisa membuat flow dari data semakin mulus. Selain arus traffic menjadi lebih leluasa daripada dengan server .com, dengan .id server menjadi lebih spesifik traffic-nya. Second-level domain seperti ccTLD diatas memiliki fungsi dengan server yang lebih spesifik bertugasnya. Sepertinya, Kompasiana.com masih memiliki satu host server, yaitu Kompas.com. Karena memang Kompasiana adalah anak dari Kompas.com. Atau memang Kompasiana adalah produk 'turunan' dari Kompas Gramedia Grup. Sehingga, mungkin server masih GTLD untuk bersama digunakan Kompas.com dan Kompasiana.com. Jika mau, Kompasiana menjadi .co.id server bisa menjadi sendiri dengan 'melegakan' arus traffic. Walau secara spesifik dan mendetail saya kurang bisa memahami bahasa protokol internet. Setidaknya, pengalaman Kaskus bisa menjadi referensi. Dan saya juga bukan sehebat webmaster atau moderator Kompasiana soal mengurus situs, namun ini adalah bentuk keperdulian dan cinta saya pada Kompasiana. Begitu kira-kira saran saya untuk Kompasiana. Kalau Kompasianer melakukan aksi nyata untuk Indonesia. Kenapa Kompasiana tidak melakukan hal serupa. Dari hal sederhana dan mendasar, merubah domain Kompasiana.com menjadi Kompasiana.co.id. Referensi: wikipedia.org | kaskus.co.id Salam, Solo, 29 September 2014 12:09 am

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun