Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Jelang Pemilu 2024, Hadapi Buzzer dengan Cara Ini

29 Mei 2023   22:46 Diperbarui: 30 Mei 2023   06:47 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Resist oleh Sides Imagery/pexels.com

Media sosial adalah ajang bebas ekspresi yang seringnya kebablasan. Sebuah pernyataan atau pertanyaan bisa saja dipahami dari berbagai sudut. Yang tadinya benar jadi salah dan sebaliknya. Diskusi sehat pun berubah menjadi saling caci, ad hominem, sampai doxxing. Dunia politik paling sering mengalami fenomena ini.

Medsos pun kini menjadi media utama mendapatkan informasi, berinteraksi, dan berbagi pendapat. Namun, di jelang Pemilu 2024, medsos juga bisa menjadi sumber masalah jika tidak digunakan dengan bijak. Sehingga jelang Pemilu 2024, publik sebaiknya tidak terjebak dalam konflik atau misinformasi yang merusak demokrasi.

Medsos telah menjadi medan perang politik kampanye Pemilu di era digital. Banyak pihak yang memanfaatkan medsos untuk menyebarkan informasi, opini, atau propaganda. Tujuannya untuk mendukung atau menyerang kandidat, partai, atau kelompok tertentu. Salah satu aktor gurem yang kerap muncul di medsos adalah buzzer politik.

Kini jelang Pemilu 2024, trending, diskusi dan kegaduhan politik di medsos sering dikerumuni buzzer politik. Buzzer politik adalah individu atau akun yang memiliki kemampuan membangun (bahkan mengganggu) percakapan. Mereka bergerak karena berbasis motif dan agenda tertentu. 

Acapkali diskusi konstruktif menjadi mubazir saat buzzer turut campur. Tak jarang, mereka juga sering menuduh dan melabeli seseorang menjadi buzzer. Karena mereka punya jaringan luas sehingga mampu membuat sebuah akun tersudut. Tak jarang diskusi sehat jadi cemar atau trending organik berakhir ditutupi info viral sepele.

Buzzer politik berisiko membangun perdebatan yang tak produktif dan tak sehat jika mereka menyebarkan narasi yang bersifat menyudutkan. Padahal debat yang sehat itu kan penting untuk demokrasi kita. Buzzer politik juga bisa membunuh karakter orang lain dengan cara menyerang pribadi, bukan substansi.

Buzzer politik kerap kali menyebarkan narasi yang berseberangan dengan narasi kelompok masyarakat sipil. Walau dalam lanskap digital demokratis, hal ini wajar. Sepanjang narasi yang dibangun para buzzer berkualitas. Namun, banyak juga buzzer politik yang menyebarkan narasi yang bersifat menyudutkan dan menyebar hoaks.

Seringkali orang yang berkomentar satu isu karena peduli, jadi target buzzer. Fenomena ini jelas membuat khawatir netizen. Maka diperlukan cara menghadapi serangan buzzer politik di medsos. Berikut ini adalah beberapa hal bisa dilakukan jika tiba-tiba diserang oleh buzzer politik:

Pertama, tetap tenang dan jangan terpancing emosi. 

Buzzer politik seringkali menggunakan bahasa provokatif bahkan kasar. Tujuannya jelas untuk membuat marah dan bereaksi impulsif. Saat terpancing emosi, fokus dan kredibilitas berargumen hilang. Tetaplah tenang dan jangan terpancing emosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun