Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Detoks Medsos sebagai Digital Habits Baru (SDMS 10/30)

1 April 2023   19:04 Diperbarui: 8 April 2023   22:55 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Social Media oleh cottonbro studio (pexels.com)

Manusia modern sulit lepas dari dunia digital. Selain mempermudah segala hal, dunia digital memberikan banyak hal. Mulai dari medium komunikasi sampai sumber finansial. Sehingga pada prakteknya, aktivitas manusia juga dilakukan di dunia digital. Hal ini menjadi digital habits, atau kebiasaan digital.

Digital habits menjadi kebiasaan dalam menggunakan teknologi sepanjang hari. Kebiasaan ini mulai dari mengecek smartphone, bermain gim, streaming video atau audio, dsb. Seringkali kebiasaan ini menjadi sebuah muscle memory atau memori otak. Ada atau tidak ada notifikasi di smartphone, tetap saja dibuka.

Kebiasaan digital juga bervariasi tergantung pada gaya hidup dan kebutuhan. Contohnya, pekerja di kantor akan lebih banyak menghabiskan waktu menggunakan komputer atau laptop. Mereka membutuhkannya untuk menyelesaikan tugasnya, mengirim email, dan berkomunikasi dengan rekan kerja atau klien. 

Sementara kebiasaan digital ibu rumah tangga lebih fokus pada smartphone saja. Perangkat ini dibutuhkan untuk berkomunikasi via aplikasi chat atau media sosial, men-stream video dan musik, atau bermain game. Frekuensi dan durasi kedua contoh ini pun jelas berbeda satu sama lain.

Bagi beberapa orang kebiasaan digital ini bisa kebablasan. Mereka kadang merasa kurang dengan satu smartphone, dibelilah 2 lagi. Sulit lepas memandangi layar di banyak situasi dan kondisi. Oversharing atau kelewatan berbagi segala hal di medsos atau chat. Sampai tertipu penipuan digital tanpa disadari.

Kegandrungan akan medsos, mencerminkan perilaku kebablasan di atas. Oleh sebab itu detoks media sosial sebaiknya harus bisa jadi bagian kebiasaan digital diri sendiri atau orang lain. Digital habits detoks medsos ini dapat meningkatkan produktivitas dengan tetap terhubung dengan orang lain. 

Detoks medsos pada kebiasaan digital bukan berarti memutus langsung dan sporadis diri dari medsos. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatur digital habits berbasis detoks medsos, yaitu:

Pertama, mulailah dengan memberikan batasan waktu beraktivitas di medso. Alokasikan durasi saat mengecek medsos setiap hari. Pastikan berpeganglah pada aturan ini. Jangan lupa beristirahat sejenak untuk menjaga keseimbangan. Detail selengkapnya bisa dibaca di tulisan ini.

Kedua, jangan lupa mengontrol informasi yang diterima dan dibagikan. Jangan mudah percaya postingan dari pihak yang tidak kompeten. Urungkan niat untuk share informasi pribadi yang sensitif atau data privasi. Aturlah privasi akun agar informasi yang  dibagikan tidak bisa diakses oleh sembarang orang.

Ketiga, jangan terjebak dalam hal-hal negatif di medsos. Jika mendapati berita atau informasi yang berpotensi memicu rasa sedih, marah, atau cemas, sebaiknya hindari. Batasi juga interaksi dengan akun yang mengirimkan pesan negatif. Selengkapnya bisa dilihat dalam tulisan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun