Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

TamTam yang Kewalahan Mencegah Propaganda ISIS

5 Desember 2019   19:52 Diperbarui: 6 Desember 2019   10:47 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
In the Dark Using Phone oleh Krzysztof Kamil - Foto: pixabay.com

Gerakan radikalisme yang memicu terorisme diuntungkan sekali platform instant messaging. Pesan terenkripsi yang menjamin privasi dan kerahasiaan menjadi pedang bermata dua bagi platform. 

Users pada umumnya merasa terlindungi komunikasi dan terjamin kebebasan berekspresinya. Pengguna tidak perlu was-was diawasi pihak asing dan peretas yang bisa saja mencuri data pribadi.

Sayangnya, bagi penyebar paham radikalisme pesan terenkripsi menjadi kanal komunikasi bebas pengawasan inteligen. Lebih jauh, mereka bisa membangun infrastruktur komunikasi yang sulit dikenali, ditembus bahkan dihancurkan.

Hal inilah yang kini sedang dihadapi platform TamTam. Aplikasi asal Rusia ini prinsip dan fungsinya hampir serupa Telegram. Semua pesan users terenkripsi dengan aman dan disimpan di beragam servers. TamTam yang belum lama populer, kini dibanjiri kanal-kanal propaganda ISIS.

Terjadi peningkatan jumlah kanal ISIS di TamTam mulai bulan November 2019. Hal ini dikemukakan pengamat terorisme asal Queens's University in Ontario Kanada, Amarnath Amarasingam. Dari 165 kanal ISIS pada akhir bulan lalu, di awal Desember tersisa 37 yang masih aktif.

Jurnalis New York Times, Rukmini Challimaci juga menemukan modus serupa di TamTam. Menurutnya dalam beberapa jam saja, TamTam sudah dijejali kanal-kanal berisi propaganda khalifah ISIS. Sepertinya ISIS hendak menjadikan TamTam 'rumah' baru setelah beragam platform menumpas propaganda mereka.

Seperti publik di Indonesia ketahui, Telegram sempat menjadi 'sarang teroris' di 2017. Sehingga Kominfo sempat memblokir akses ke Telegram beberapa waktu. Sampai CEO Telegram sendiri, Pavel Durov, datang bertemu Rudiantara untuk menutup segala propaganda ISIS dalam aplikasinya.

Propaganda ISIS via TamTam kabarnya memicu serangan di London Bridge belum lama ini. Usman Khan secara membabi buta menyerang pejalan kaki. Aksinya menyebabkan 2 orang tewas tertikam dan 3 orang lain terluka. Usman Khan akhirnya ditembak mati oleh polisi London.

Usai serangan, ISIS mengklaim bahwa Usman Khan adalah salah satu pejuangnya. Usman memiliki visi mendirikan kamp pelatihan militan ISIS. Usman menganggap dengan membangun kamp di tanah nenek moyangnya, di Kashmir. Sehingga lahir pejuang ISIS yang memerangi kekhalifahan.

Pengamat terorisme Belgia, Pieter Van Ostaeyen menemukan klaim Usman sebagai pejuang ISIS pertama kali muncul di TamTam. Tepat 2 menit setelah serangan terjadi. Banyak kanal ISIS yang masih aktif di TamTam segera mem-broadcast penyerangan ini. 

Icon Aplikasi TamTam - Sumber: play.google.com
Icon Aplikasi TamTam - Sumber: play.google.com
Pengamat inteligen lain juga melihat eksodus ISIS ke TamTam dari Telegram memang terencana. Metode penyebaran propaganda dan rencana beragam teror juga dilakukan via TamTam. Kabarnya juga, aplikasi chat seperti Rocket Chat di Brazil dan Hoop Messenger di Kanada berisi propaganda ISIS.

Internet sudah lama menjadi medium penyebar propaganda subversif. Bukan hanya terorisme, tetapi juga liberalisme, komunisme, bahkan demokrasi. Namun, propaganda terorisme kini dipandang menjadi ancaman global. 

Indonesia yang tidak pernah lepas dari aksi dan serangan teror harus terus waspada. Walau semua pihak mengawasi gerakan terorisme di medsos dan platform chat. Aplikasi-aplikasi baru seperti TamTam, Rocket Chat, dan Hoop Messenger harus dibaca potensinya menjadi 'rumah baru' para teroris.


Salam,

Singapore, 05 Desember 2019

08:51 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun