Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Startup, Kill Zone, dan Konsep Antitrust

4 November 2019   00:56 Diperbarui: 19 April 2022   01:11 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pawns oleh Ylanite Koppens - Foto: pixabay.com

Amazon memiliki pasar dan kekuatan ekonomi besar di U.S. Hal ini memicu predatory pricing atau permainan harga untuk menjegal harga kompetitor. 

Padahal di tahun 2017, Amazon menguasai 46% share e-commerce di U.S. Maka yang terjadi, Amazon menguasai pasar bukan pemerintah U.S. Atau secara global monopoli AWS dalam layanan cloud-computing misalnya. 

Ketar-ketir startup saat scaling-up atau melebarkan jangkauan dibayangi kuasa perusahaan besar. Sedang para investor tidak bisa berbuat banyak. Dan mereka mungkin mencari aman dengan menanti safety return dari modal yang ditanamkan. 

Pemerintah dalam hal ini belum banyak mengatur kill zone yang efek dominonya adalah monopoli.

Konsep antitrust atau monopoli dagang bukan hal yang baru dalam ekonomi. Begitupun fenomena bangkit dan jatuhnya perusahaan rintisan. Namun dunia teknologi yang kini dikuasai segelintir perusahaan besar. Maka akan ada negara di atas negara.

Kill zone dari startup yang telah dan sedang terjadi menjadi fenomena gunung es. Karena konsentrasi ekonomi dan politik Google, Facebook, dan Amazon kini sulit dihindari. Atau karena kita begitu tergantung dengan mereka? 

Salam,
Wonogiri, 04 November 2019
12:51 am

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun