Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perihal "Tukang Minyak" di Grup WhatsApp

22 Juli 2019   22:11 Diperbarui: 23 Juli 2019   16:22 1203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minyak - Ilustrasi: bebekas.com

Riuh rendah grup chat akan menjadi perhatian "tukang minyak". Bukan tukang minyak yang berarti letterlux. Namun plesetan dari tukang nyimak. Alias anggota grup yang cenderung menjadi silent reader dan silent observer. 

Silent reader biasanya menyimak dengan beragam informasi dalam grup chat. Sedang silent observer akan menyimak teliti jika ada satu informasi yang mereka minati.

Para tukang nyimak ini umumnya menjadi mayoritas dalam grup chat. Dengan para vokalis dan tim hore di urutan berikutnya. Jika digambarkan ilustrasi demografis sebuah grup chat, maka:

  • 5%-10% anggota grup merupakan admin dan vokalis
  • 10%-15% anggota grup bukanlah admin, tapi vokalis
  • 15%-25% anggota bukanlah vokalis, tapi tim hore sang vokalis
  • 50%-75% anggota grup bukanlah tim hore sang vokalis, tapi tukang nyimak
  • 25% anggota grup bukanlah admin, vokalis, tim hore, atau tukang nyimak, tukang mute grup chat (selama 1 tahun)

Dengan probabilitas saya atau Anda bisa menjadi siapapun dalam satu/banyak grup. Pada satu grup kita bisa saja menjadi admin dan vokalis. Namun di grup lain kita lebih pilih menjadi tukang nyimak. Atau di ekstrem lain, tukang mute grup lain.

Fungsi masing-masing peran di atas bisa diuraikan secara sederhana sebagai berikut:

  • Admin berperan mengundang (invite) orang-orang ke dalam sebuah grup (mulai dari grup nongkrong ngopi, sampai grup rekan kerja)
  • Admin plus vokalis berperan mengatur dinamika chit-chat grup. Admin bisa memperingatkan atau mengeluarkan anggota yang rusuh atau tak taat.
  • Vokalis berperan sebagai anggota aktif dengan beragam informasi yang didapat dari internet, sosmed, atau banyak grup di mana ia turut serta.
  • Tim hore berperan berterima kasih, mengonfirmasi, dan mendukung segala informasi yang di-share sang vokalis.
  • Tukang nyimak berperan lebih aktif dan/atau reaktif pada segala/beberapa informasi yang dijumpai dalam grup chat.
  • Tukang mute nyaris tanpa peran, tapi cukup aktif bolak-balik mengecek grup lain. Dan kadang tanpa perlu membuka isi percakapan grup-grup lain.

Inisiasi membuat grup diawali oleh para admin. Kadang grup yang dibuat tanpa aturan main tertentu (tanpa do's and don'ts). Admin pun pada waktu tertentu bisa menjadi tukang nyimak. Walau ada admin yang rajin yang memonitor dinamika grup. Tetapi kadang kalah pamor dengan para vokalis.

Sang vokalis memiliki peran krusial sekaligus berbahaya dalam sebuah grup. Apalagi jika admin atau admin vokalis kalah usia, senioritas, pengaruh dan jumlah tim hore. Dengan para tukang nyimak bisa mendapat manfaat atau mudarat dari informasi yang di-share.

Sang vokalis (non-admin) biasanya memiliki pengaruh atau influence dalam grup. Dimulai dari level keaktifan sang vokalis dalam menyebar informasi. Dari sekadar mengucap terima kasih, selamat, sampai chit chat ringan. Sampai pada level mengajak kopdar anggota grup lain.

Tim hore bisa jadi sudah kenal baik sang vokalis, teman, sampai simpati dari keaktifannya dalam grup. Dengan jumlah yang cukup banyak (15-20%). Keberadaan menjadi penting buat sang vokalis. Sekaligus penggiring opini untuk para tukang nyimak.

Tukang nyimak mendapat wawasan baru, saat sang vokalis atau salah satu tim horenya memberi informasi aktual dan bermanfaat. Yang mungkin terjadi, tukang nyimak bisa menjadi tim hore sang vokalis secara bertahap.

Namun di sisi lain, tukang nyimak mendapat banyak mudarat. Saat vokalis membagi informasi hoaks, ujaran kebencian, sampai penipuan. Tukang nyimak (lebih dari 75%) tersesat dalam informasi vokalis dan simpatisannya, tim hore.

Beberapa tukang nyimak bisa turut serta menyebarkan hoaks. Apalagi jika informasi bodong yang disebar terkait SARA, kesehatan, kebencanaan, sampai tentang keluarga. Isu-isu ini dianggap personal dan penting diketahui grup chat lain. Walau sejatinya informasi tersebut hoaks.

Ujaran kebencian bisa menggejala dan meracuni grup chat. Saat vokalis ditentang silent observer karena informasi hoaks yang ternyata disebar. Tim hore yang mendukung dan simpati pada vokalis serentak mem-bully si silent observer tadi.

Checkmate oleh Stevepb - Foto: pixabay.com
Checkmate oleh Stevepb - Foto: pixabay.com
Perdebatan atas informasi ini bisa terjadi begitu sengit. Jika salah satu tukang nyimak turut membela kebenaran informasi. Namun tim hore bisa saja menggunakan argumentasi ad-hominem (menjatuhkan citra) atau red herring (mencari distraksi isu lain).

Mayoritas tukang nyimak pun terombang-ambing dalam perdebatan. Ada yang merasa antipati dan sesegera left group. Ada yang tidak peduli dan tetap tinggal lalu memilih menjadi tukang mute grup tersebut (selama-lamanya).

Dari para tukang nyimak yang bersimpati pada kebohongan sang vokalis dan tim hore, mudarat pun tersebar. Mulai dari hoaks yang membuat resah masyarakat seperti kabar penculik anak. Sampai perpecahan kongsi pertemanan, persaudaraan, sampai keluarga.

Saya yakin, tukang nyimak ini bukan orang yang awalnya tak mudah percaya. Namun karena pengaruh vokalis dan tim hore, mereka hanyut dalam propaganda inklandestin.

Ada baiknya, para tukang nyimak jangan segera angkat kaki dari grup. Karena jika silent reader dan observer ini hilang dari grup. Sang vokalis dan tim hore kian merajalela dengan penyebaran mudarat yang kadang tidak disadari. Apalagi saat echo chamber menguasai fikiran. Akibat pengaruh filter bubble dari sosmed dan grup lain para vokalis.

Konsultasikan masalahnya dengan para admin (10%) dengan japri. Tunjukkan data dan fakta. Buktikan kalau vokalis dan tim hore salah dengan informasi hoaks atau ujaran kebenciannya. Yakinkan admin, kalau informasi dari sang vokalis akan berbahaya dan tak bermanfaat.

Admin secara personal (japri) baiknya menegur kesalahan para vokalis. Dengan mengingatkan lain kali agar tidak melakukan hal yang sama. Karena yang terjadi adalah tukang nyimak yang dirugikan. Mudaratnya bisa lebih luas lagi, jika tim hore juga menyebar informasi buruk vokalis.

Salam,

Wonogiri, 22 Juli 2019

10:10 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun