Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Belajar Waras dari Pak Topo, Sang Pahlawan Anti Hoax

18 Oktober 2018   12:06 Diperbarui: 18 Oktober 2018   15:14 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sutopo Purwo Nugroho - foto: tribunnews.com

Berintegritas, berdedikasi dan waras. Tiga kata yang saya kira sesuai untuk pak Topo. Atau yang lebih kita kenal dengan Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusdatinmas BNPB.

Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) menganugerahkan beliau Tokoh Teladan Anti-Hoax Indonesia. Dan award tersebut membuktikan beliau sebagai profesional yang cerdas, waras dan berdedikasi.

Pak Topo adalah pemimpin yang berintegritas dalam menangani peristiwa kebencanaan. Dengan sigap, beliau mendelegasikan koordinator BNPB untuk tanggap becana. Bahkan dalam derita penyakit kanker paru-parunya. Beliau selalu berdedikasi dalam profesionalitas sebagai Kapusdatinmas BNPB.

Dan dalam peristiwa kebencanaan yang penuh kepanikan, kecemasan, bahkan mara bahaya. Pak Topo selalu mencoba waras. Di tengah informasi bohong menyoal kebencanaan via sosmed, beliau selalu meluruskannya dengan fakta.

Pada September tahun lalu, saat status awas Gunung Agung masih ditetapkan BMKG. Tersebar via WhatsApp grup kalau Gunung Agung sudah meletus. Pak Topo pun segera meluruskan bahwa kabar tersebut palsu alias bohong via akun Twitter-nya.

Bahkan video yang menggambarkan erupsi Gunung Agung ditepis kebenarannya oleh Pak Topo. Video yang kadung viral tersebut sebenarnya video Gunung Sinabung di tahun 2015.

Kabar hoax pun juga sempat mengemuka pada peristiwa gempa Lombok, Agustus lalu. Melalui sosmed, kabarnya pengungsi di beberapa daerah di Lombok diberikan pakan ternak. Namun dengan sigap pak Topo meluruskan kabar bodong tadi melalui cuitannya.

Kabar bohong bermuatan politis pun juga sempat viral saat gempa Lombok. Beredar foto-foto bantuan yang dianggap tertahan oleh pihak berwenang. Dan yang disalahkan Presiden. Walau menurut Pak Topo, yang ada di foto yang beredar adalah bantuan di kantor Pos guna disortir, bukan ditahan.

Pada peristiwa gempa Palu dan Donggala pun kabar  hoax viral beredar. Antara lain akan ada gempa lagi 2 Oktober di Palu. Dengan segera Pak Topo memberikan penjelasan. Bahwa tidak ada orang bisa memprediksi kapan terjadi gempa.

Kepala Sub-Bidang Pemeliharaan Sistem Jaringan BNPB Ario Akbar Lomban mewakili Sutopo menerima penghargaan dari Ketua Mafindo Septiaji Eko Nugroho, foto: Heni Mulyati - kompas.com
Kepala Sub-Bidang Pemeliharaan Sistem Jaringan BNPB Ario Akbar Lomban mewakili Sutopo menerima penghargaan dari Ketua Mafindo Septiaji Eko Nugroho, foto: Heni Mulyati - kompas.com
Setidaknya ada 5 hal yang bisa kita contoh dari kinerja Pak Topo pada peristiwa kebencanaan dan viralnya  hoax:
  1. Beliau paham media sosial berperan cukup penting kala bencana alam. Media sosial sebagai bentuk post early warning system menunjukkan fungsinya. Dan Pak Topo mampu mengoptimalkan fungsi sosmed pada peristiwa kebencanaan.
  2. Figur Pak Topo sebagai figur mata dan kepala kita saat bencana. Sebagai Kapusdatinmas BNPB informasi beliaulah yang patut divalidasi kebenarannya. Dibawah tekanan publik atas informasi kebencanaan dan penyakit kankernya, beliau tetap konsisten mengabarkan.
  3. Beliau tetap 'waras' menyikapi kabar di tengah ketidakpastian dan kesedihan. Dalam setia peristiwa bencana alam, tentu beliau mendata banyak informasi dari lapangan. Dan perlunya ketelitian dan kejelian memilah info kebencanaann yang valid diperlukan. 
  4. Konsistensi dan netralitas Pak Topo yang tak perlu diragukan. Sejauh yang saya tahu, tidak ada peristiwa kebencanaan yang luput beliau kabarkan. Pun beliau tetap waras dalam hal netralitas dalam konflik Pilpres di sosmed. Beliau mengabarkan apa yang benar adanya tanpa muatan politis apapun.
  5. Beliau mengerti akan dampak kabar  hoax dalam tragedi bencana. Jika kita tahu  hoax politik saja begitu sensasional. Maka  hoax menyoal kebencanaan bisa jadi tidak hanya membahayakan tapi merenggut korban jiwa. Dan pak Topo memaahami akan dampak  hoax dalam profesinya.

Selain dianugerahi Pahlawan Anti Hoax dari Mafindo. Pak Topo pun dinobatkan sebagai Communicator of The Year dari Kemenkominfo dan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia. 

Dan di tengah tsunami informasi ini, baiklah kita contoh pak Topo. Beliau selain berdedikasi, berintegritas dalam fokus profesinya. Beliau pun bisa tetap waras menyikapi kabar bohong dunia maya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun