Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menelisik Potensi "Artificial Intelligence" dalam Ranah Nutrisi

20 Agustus 2018   13:15 Diperbarui: 20 Agustus 2018   16:13 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Robot Cutting Fruit - ilustrasi: independent.co.uk

"Nutrition is an economic, sociocultural, and political issue that needs to be examined as such by policy makers and those supporting them." (Thought Leadership Forum Discussion Africa - CIAT & AfDB 2017)

Nutrisi merupakan isu ekonomi, sosiokultur dan politik yang harus ditelaah oleh para penentu kebijakan dan pendukungnya. 

Artficial intelligence (AI) kini menyuguhkan potensi dalam ranah nutrisi. Setidaknya ada dua potensi kontribusi AI. Pertama dalam hal mengolah data demografis negara dengan algoritma AI guna mencegah malnutrisi. Kedua, mengatur pola diet pribadi dengan media aplikasi smartphone. Baik dalam ranah asupan nutrisi nasional dan personal, AI digadang mampu memberi kontribusi optimal.

Negara-negara Afrika kini masih dihantui wabah malnutrisi. Namun, sekarang potensi AI dan kombinasi data konvensional diharap dapat mencegah, mengurangi, dan memprediksi gejala malnutrisi. Dalam Thought Forum tahun lalu, pencanangan Nutrition Early Warning System (NEWS) diharapkan mampu mengatasi malnutrisi di Afrika.

Menurut Allison Greenberg dari MERIAM Project, penyebab malnutrisi di Afrika bukan sekadar langkanya bahan makanan. Namun konteks dan setting berbeda pada tingkat sektoral. Peringatan dini wabah malnutrisi di Afrika kadang menggambarkan malnutrisi yang sudah terjadi. Sedang peringatan dini sebelum endemi malnutrisi terjadi belum optimal.

Implementasi AI diharap mampu mengubah paradigma mencegah malnutrisi di Afrika. Gambaran nutrisi tingkat rumah tangga dapat digambarkan via kaum muda Afrika yang melek teknologi. Sehingga program penanggulangan dan pencegahan malnutrisi dari pemerintah setempat dapat optimal. Pada tingkat sektoral, data AI tentang nutrisi penduduk, dapat memberikan gambaran tepat kebijakan yang mesti dibuat.

Di sisi lain, AI pun bisa menggambarkan pola masyarakat yang overnutrition. WHO sendiri sudah melihat epidemik overnutrition sejak tahun 90-an. Pola ini biasanya ditandai dengan banyak penduduk yang menunjukkan obesogenic culture. Obesogenic culture bercirikan banyak penduduk yang obesitas (overweight), asupan kalori dan junk food yang berlebih, dan gaya hidup yang kurang bergerak.

Di tahun 2009, 35,7% orang dewasa di Amerika Serikat mengalami obesitas. Di tahun 2002 saja, AS sudah memiliki 3 juta vending machine minuman ringan. Di Tiongkok, pada tahun 2010 sudah berdiri 3,000 restoran KFC, dan 1,300 McDonalds. Restoran macam ini biasanya menyajikan makanan mengandung >2,000 kalori. Ditambah gaya hidup yang mewah dan kurang bergerak, resiko obesegenic culture sudah terlihat.

Diprediksi pada tahun 2020, banyak penyakit di dunia akan muncul akibat asupan diet yang salah. Potensi overnutrition dianggap bersumbangsih dalam epidemi global tersebut. Namun, AI dengan via aplikasi di smartphone menawarkan solusi konkrit untuk asupan nutrisi. Aplikasi seperti FitGenie mampu menghitung asupan nutrisi, mengurangi berat badan, sampai mengatur diet paleo.

Aplikasi sejenis ini menggunakan data personal sebagai indikator algoritma AI yang digunakan. Data berupa berat tubuh, jenis makanan, dan aktifitas akan dimasukkan oleh users secara mingguan. Untuk kemudian AI akan menghitung target asupan kalori, jenis aktifitas yang baik dilakukan, sampai diet ala vegan yang ditawarkan. Memiliki aplikasi seperti ini seperti menyewa nutritionist pribadi untuk gaya hidup sehat.

Sehingga, potensi AI sejatinya berlimpah dalam ranah asupan nutrisi kita. Baik untuk mencegah malnutrisi (undernutrtion) atau mempolakan hidup sehat agar terhindar overnutrition (obesity), AI menunjukkan potensinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun