Mohon tunggu...
Giri Lumakto
Giri Lumakto Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Literasi Digital

Digital Ethicist | Pemerhati Pendidikan Literasi Digital, Teknologi, dan Budaya | Curriculum Developer for Tular Nalar from Google.org | K'ers of The Year 2018 | LPDP 2016 | STA Australia Awards 2019 | LinkedIn: girilumakto | Twitter: @lumaktonian | email: lumakto.giri@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerita Si Es Kelapa Muda

1 Juni 2018   13:04 Diperbarui: 1 Juni 2018   13:12 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Coconut by Daria Shevtsova - foto: pexels.com

Mulianya jasa buah kelapa tidak bisa kita rasakan tanpa intervensi komersil. Tangan-tangan penghubung, dari kebun pinggir pantai. Sampai ke gelas di rumah kaum urban. Terdapat jarak, waktu, tenaga yang tidak sedikit. Ada keringat dan peluh dari pemetik kelapa berupah 50 rupiah per kelapa. Atau upah lelah supir truk pengangkut kelapa, yang cukup untuk makan 1 minggu keluarganya. Dan resiko jari terpotong si penjual kelapa dengan goloknya, agar buah dan daging kelapa bisa didapat. 

Semua adalah koordinasi mutual dengan motif kontradiktif. Motif ekonomis dan konsumtif menjadi converter belt pengusung kelapa ke perut kita.

Salam,

Solo, 1 Juni 2018

01:13 pm

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun