Mohon tunggu...
Giovani Yudha
Giovani Yudha Mohon Tunggu... Freelancer - Gio

Sarjana HI yang berusaha untuk tidak jadi Bundaran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Pakai Nasionalisme untuk Lawan Covid-19

15 Maret 2021   19:39 Diperbarui: 15 Maret 2021   19:54 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pandemi Covid-19 - Sumber: Pexels.com

Saya khawatir nasionalisme membuat program vaksinasi terhambat: 

1. Dikhawatirkan akan lahir kelompok anti-vaksin yang didorong oleh motif anti produk-asing dan memilih untuk menunggu vaksin milik Indonesia karya Bio Farma. Padahal, vaksinasi ini adalah tindakan yang genting-penting dan harus segera dilaksanakan untuk mencapai herd immunity atau kekebalan imun sebanyak 70 persen penduduk.  Kecintaan masyarakat Indonesia terhadap negaranya sudah tidak perlu diragukan lagi tapi saya khawatir kecintaan akan memakan banyak korban kalau dibawa ke arah benci produk asing.  Ditambah, masyarakat Indonesia sangat sigap dengan namanya aksi boikot produk asing dan sensitif dengan isu impor.

2. Dikhawatirkan banyak negara yang belum mendapatkan vaksin, khususnya negara-negara yang mengalami keterbelakangan secara ekonomi. Saya berharap pemerintah dan masyarakat "tidak rakus" dalam menggunakan vaksin. Ini yang disebut nasionalisme vaksin, artinya negara akan stok sebanyak-banyaknya vaksin untuk kebutuhan warga negaranya, padahal masih banyak negara yang membutuhkan. Kalau negara lain tidak mampu mencapai herd immunity, dampaknya ya pandemi ini ngga kelar-kelar dan bisa jadi berjilid-jilid juga di Indonesia. Apalagi sekarang varian vaksin bertambah, seperti N438K dan B117 yang lebih cepat menular.

Ilustrasi nasionalisme di masa pandemi Covid-19 - Sumber: thejakartapost.com
Ilustrasi nasionalisme di masa pandemi Covid-19 - Sumber: thejakartapost.com

Pesan-pesan

Percaya deh, saat ini ngga ada negara yang sepenuhnya memakai produk dalam negeri dan tidak ada produk asing. 

Ada kok, Korea Utara.

Petinggi Korea Utara TVnya impor dari Tiongkok.  Tidak bisa dipungkiri, kita saat ini masuk ke dunia yang saling-terkoneksi, begitupun juga dengan negara. Meskipun ada negara yang terlihat tertutup, nyatanya ya melakukan aktivitas impor-ekspor juga. 

Kalaupun ingin tetap mempertahankan nasionalismenya, lebih baik jangan dipakai untuk membenci produk asing tapi dipakai untuk memenuhi kebutuhan dan keselamatan masyarakat. 

Di masa pandemi Covid-19 ini hendaknya tunda dulu keinginan untuk menjadi lebih unggul, lebih baik kita status quo dulu dan bisa bertahan hidup

Seperti kata Ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus:

"Prioritas pertama haruslah memvaksinasi beberapa orang di semua negara, daripada semua orang di beberapa negara"

Kalau kata saya, Giovani Yudha:

"Pakai vaksin untuk sesuai kebutuhan bukan untuk keinginan"

"Nasionalisme bagus kalau porsi dan penempatannya pas"


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun