Mohon tunggu...
Gina Jaudah
Gina Jaudah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manajemen Agribisnis

Mahasiswa baru dari program studi Manajemen Agribisnis Sekolah Vokasi IPB

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Imajinasi Anak perihal Sekolah dan Belajar

17 Juli 2021   06:22 Diperbarui: 17 Juli 2021   06:31 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kita bertanya pada anak-anak bagaimana imajinasi mereka tentang dunia sekolah dan belajar? Mungkin terdengar krusial untuk kita semua jika kita menanyakan hal tersebut kepada anak-anak. Namun, pertanyaan seperti inilah yang seharusnya kita tanyakan kepada anak-anak usia dini. Jika kita pernah memperhatikan anak-anak atau minimal diri kita sendiri, bagaimana kita sewaktu masih kecil dahulu. Masa kecil tidak jauh-jauh dari bermain, berangan, dan belajar. Mungkin kita tidak sadar, bagaimana mungkin anak-anak bisa mempunyai cita-cita menjadi seorang dokter, pilot, polisi, atau bahkan presiden?

Kebanyakan dari kita hanya bisa tersenyum saat mereka mengatakan cita-cita mereka saat sudah besar nanti, karena kita tahu untuk menggapai cita-cita butuh kerja keras dan tidak semudah membalikkan telapak tangan, dan kebanyakan dari kita pun kurang mendukung dan tidak memberitahu cara untuk menggapai semua itu. Kita tidak pernah tahu, mungkin saja semua anak di seluruh dunia ini termasuk diri kita sendiri mengungkapkan kebenaran akan cita-cita tersebut, baik dalam lisan maupun dalam hati kita masing-masing. Namun, mengapa masih banyak anak yang kita tahu bahwa mereka kurang menyukai sekolah dan belajar? Juga, mengapa mereka tidak melanjutkan cita-cita mereka sewaktu masih kanak-kanak? Sehingga, mereka tidak tahu untuk apa mereka sekolah dan belajar, dan mereka hanya menurut saja kepada orang tua nya untuk melakukan itu semua. Melalui artikel ini, kita akan membahas masalah-masalah tersebut.

Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran (KBBI V) sedangkan, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (KBBI V). Namun, seperti yang kita ketahui semua aspek dalam sekolah dimulai dari kepala sekolah, guru, petugas kebersihan, hingga murid mempunyai sifat dan kepribadian masing-masing. Kita tidak pernah tahu apa yang dialami anak-anak ketika berada di sekolahnya jika mereka tidak menceritakannya. Dan, yang pastinya semua ini akan berdampak kepada cita-cita yang sudah mereka impi-impikan dari sejak lama.

Dalam keseharian, kita tidak pernah terlepas dari yang namanya sekolah, belajar, dan mengejar impian atau biasa kita sebut dengan cita-cita. Terlebih lagi, anak-anak yang usianya masih sangat dini. Bagi sebagian anak yang tekun menggapai cita-citanya pasti akan berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkannya. Namun, di sisi lain untuk sebagian anak yang mempunyai masalah akan hal tersebut pastinya akan sangat berat untuk menghadapi rintangan yang ada di hadapannya. Mereka kerap kali menerima perlakuan bullying dari teman-temannya, sulit menerima pelajaran dan susah fokus, dimarahi oleh gurunya ketika mereka nakal, dan lain sebagainya yang sering dialami anak-anak ketika di sekolah.

Hal lainnya seperti belum berkembangnya mental pada anak, terlalu sering dimanja oleh orang tuanya di rumah, yang membuat anak tidak betah berada di lingkungan sekolah. Hal ini tentunya berakibat fatal terhadap tumbuh kembang anak ketika berada di sekolah yang seharusnya mereka belajar banyak hal, seperti belajar ilmu pengetahuan dengan guru, bersosialisasi, bermain dengan teman-temannya, bertingkah laku sopan terhadap guru nya, dan yang terjadi akhirnya adalah mereka tidak menginginkan berada di sekolah.

Kasus yang kedua, yaitu mengapa anak-anak tidak melanjutkan mimpi dan cita-cita mereka sewaktu masih kanak-kanak? Nah, ini yang saya tanya-tanyakan juga ketika saya masih kecil. Ternyata banyak sekali faktor penghambatnya, diantaranya:

1. Tidak percaya diri akan mimpi dan cita-cita tersebut.

2. Direndahkan oleh orang lain.

3. Faktor ekonomi keluarga.

4. Keinginan orang tua.

Ya, orang tua memang ingin yang terbaik untuk anak-anaknya, terlebih jika anak-anaknya itu sudah salah dalam pergaulannya. Tetapi, sebagai orang tua seharusnya mereka mengerti apa yang diinginkan dan dibutuhkan anak-anaknya, atau minimal mereka berdiskusi bersama anak-anaknya dan memberikan alasan mengapa mereka berkeinginan lain untuk masa depan anak-anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun