Mohon tunggu...
Gina Magfirah
Gina Magfirah Mohon Tunggu... Lainnya - Book Reviewer

Seorang polymath yang cinta novel kelas menengah (bukan kelas berat).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Review Smoke In The Sun [NGERACUN]

27 November 2019   00:41 Diperbarui: 25 September 2020   10:06 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah tertangkapnya Okami dan Mariko yang dibawa ke kehidupan Istana Heian di Inako, kisah menjadi seputar istana dan politiknya. Bahkan di buku kedua ini plot tidak lagi hanya terpaku pada kisah antara Mariko (dan Okami), namun ada kisah Pangeran Raiden dan adiknya Pangeran Roku yang enggak kalah menariknya untuk diikuti. Dan yang nyaris tenggelam adalah Tsuneoki, jadi bagi pecinta Tsuneoki harap bersabar.

Sementara Okami menjadi pesakitan, ia dikurung di dalam tahanan. Yang membuat agak ngilu adalah deskripsi detail tentang penyiksaan dan luka-luka yang timbul dari akibatnya. Rasanya jadi ikut membayangkan bentuk wajah dan badan Okami yang jadi luar biasa babak belur. Ia disiksa oleh tangan Raiden sendiri atas dasar pengabdiannya kepada Roku.

Kisah cinta Okami dan Mariko semakin banyak adegannya, yah bisa jadi pengobat rinduku di buku sebelumnya yang minim kisah cinta mereka berdua. Terhalang jeruji sel tahanan. Sudah seperti khasnya Renee Ahdieh, membuat percakapan indah penuh makna, rasanya semuanya pas.

"Jangan pernah memuja pria manapun, Hattori Mariko." ... "Tapi selalu biarkan dirimu dipuja."

Disisi lain aku semakin kagum dengan karakter Mariko di seri terakhir duologi Flame in the Mist ini, Mariko bukanlah jenis protagonis pada umumnya yang terlihat seperti perempuan bodoh, lemah dan selalu dilindungi. Mariko bahkan sangat terukur dan terencana dalam bertindak, dia adalah bintang. Kata-katanya membuai, menggiring lawan bicaranya menuju perangkapnya, ini adalah pertanda yang dibuat penulis bahwa perempuan walau lemah secara fisik tapi otaknya kuat memikirkan strategi.

Tidak banyak yang bisa dikomentari dari buku lanjutan ini, mungkin karena biasa saja. Rasanya cerita tidak semengejutkan yang pertama, atau seperti memberi letupan-letupan adegan yang dapat membuat novel ini jadi novel yang tidak seperti novel pada umumnya. Atau mungkin seharusnya buku kedua ini bisa 'lebih' daripada yang pertama. Aku hanya terkesan dengan pengembangan karakternya, dari tidak berguna menjadi berguna, dari penting menjadi tidak penting sehingga karakternya kuat dan gampang diinterpretasi.

Prinsip Bushido (jalan seorang pejuang): kesopanan, kejujuran, kehormatan dan kesetiaan.

Dan yang pasti aku lumayan kecewa dengan penyelesaiannya, pada akhirnya semuanya menjadi gantung. Permasalahan yang harusnya diselesaikan adalah pengembalian kehormatan Klan Ranmaru dan menjadikan Takeda Ranmaru (Okami) kaisar (walaupun sebenarnya ia menolak keras). Lalu terkuaknya penjahat yang selama ini menjadi biang keroknya, yaitu Kanako, dihadapan publik. Malah Kanako tetap berada dalam bayangan ketika semua masalah berasal dari Kanako. Yang jahat dibuat mati begitu saja, tanpa ada cerita yang harus diselesaikan. Ya pokoknya akhirnya Mariko dan Okami harus bersatu. Padahal epilog harusnya enggak dibuat sesederhana itu.

Pelajaran penting dari penutup seri Flame in the Mist ini adalah, menjadi diri sendiri bukan untuk orang lain dan dicintai sebagaimana diri kita itu mahal harganya. Tapi layak diperjuangkan, yaitu diri kita dan orang yang kita cintai.

Dari 1-5 aku akan memberi 3.0

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun