Mohon tunggu...
Gilar Hadimulya
Gilar Hadimulya Mohon Tunggu... -

25 yo, entry level writer..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Eksis Itu Apa?

14 Februari 2016   00:18 Diperbarui: 14 Februari 2016   00:47 1862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat saya masih kuliah, dosen saya pernah berkata “ Jadilah orang yang eksis, yang keberadaannya dianggap oleh orang sekitar dan memberi pengaruh”. Saat itu saya hanya mendengar, tanpa ambil pusing, karena saya menyangkan eksis yang dimaksud oleh beliau adalah eksis dalam berkontribusi untuk kemajuan walau pun hanya di lingkaran terkecil kita.

Setelah lulus, di saat teknologi sedang berkembang pesat, media social semakin banyak, definisi eksis semakin bergeser dari “karya” menjadi “nampang”. Ya, perkembangan teknologi sedikit banyak menggeser segala sesuatu kea rah yang baru (bila tidak mau disebut rancu), aktualisasi diri pun bergeser dari berapa banyak karya bermanfaat menjadi berapa banyak tempat wisata yang kita datangi? Berapa banyak foto selfie yang kita upload? Berapa tempat hangout yang kita kunjungi saat weekend?

Saat ini tidak penting lagi apa isi kepala dan kapasitas seseorang, kebahagiaan tidak didasari pada seberapa usaha keras dan pengorbanan yang kita lakukan tetapi lebih kepada seberapa bagus tempat indah yang kita datangi dan abadikan momennya di media social.

Masalah eksistensi seseorang di media sosial memang hak pribadi masing-masing individu, tetapi saat keinginan untuk eksis di media social menyebabkan kita tidak peka terhadap individu lain apakah masih bisa dikatakan benar?

DI youtube ada video prank anak-anak muda Indonesia yang  “dugem” di busway, tidak ada tujuan dan makna jelas dari tindakannya. Instagram penuh dengan foto selfie nekat yang merusak lingkungan.  Bagi mereka hal-hal tersebut adalah “karya”, punya banyak subsricber dan follower menjadi tujuan agar diakui bahwa dirinya “eksis dan berkontribusi” dan lebih hebatnya, aksi-aksi mereka pun ternyata memiliki banyak pendukung. WAW

Please, stop making stupid people famous. Masih banyak orang lain yang lebih layak dan pantas untuk dikagumi, masih banyak karya luar biasa yang tidak eksis karena tidak dipedulikan oleh siapa pun.  Kembalikan definisi eksis ke konotasi positif, seperti berkarya yang dapat memberikan perubahan positif untuk orang di sekitar kita.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun